AS Akui 100 Warga Tewas dalam Serangan ke Mosul, Tapi Tetap Salahkan ISIS

AS Akui 100 Warga Tewas dalam Serangan ke Mosul, Tapi Tetap Salahkan ISIS

Setelah awalnya mengelak, Amerika Serikat akhirnya mengakui hasil penyelidikan terhadap serangan udara yang mereka lakukan di Mosul pada Maret 2017 lalu telah mengakibatkan lebih dari 100 warga sipil tewas.

Hasil penyelidikan menyimpulkan bahwa serangan AS di distrik Al Jadida secara tidak sengaja memicu bahan peledak yang ditempatkan oleh petempur ISIS di sebuah bangunan, dan menyebabkan bangunan itu runtuh.

Beberapa pejabat setempat dan saksi mata mengatakan kemungkinan sekitar 240 orang tewas dalam serangan tersebut.

Hal ini diyakini sebagai salah satu insiden terbesar yang merenggut korban sipil sejak pasukan gabungan pimpinan AS memulai operasi mereka melawan kelompok ISIS di Irak dan Suriah.

Brigadir Jenderal Angkatan Udara Matthew Isler, yang mengawasi penyelidikan tersebut, mengatakan kepada wartawan bahwa 101 warga sipil di dalam bangunan tewas, empat warga sipil di bangunan yang berdekatan turut tewas dalam insiden tersebut.

Sebelum serangan 17 Maret itu, pasukan Irak berada sekitar 100 meter dari bangunan tersebut. Mereka dapat melihat dua penembak jitu berada di lantai dua bangunan. Namun, Isler mengatakan, ada bagian yang terhalang sehingga pasukan tidak dapat melihat bagian bangunan itu.

Pasukan gabungan telah memantau daerah tersebut sejak operasi mereka di Mosul barat dimulai beberapa minggu sebelumnya. Namun, beberapa hari sebelum serangan terjadi, pasukan gabungan tidak dapat melakukan pengawasan karena faktor cuaca yang kurang mendukung, kata Isler sebagaimana dikutip Reuters Kamis 25 Mei 2017.

Saat bom dengan 500 pon dijatuhkan di gedung itu yang menyasar para penembak jitu, ledakan bom tersebut memicu bahan peledak yang berada di dalam struktur beton, dan runtuhannya menimpa warga sipil.

Amerika dan pasukan Irak di dekatnya tidak mengetahui adanya warga sipil di dalam gedung ataupun bahan peledak, namun hasil penyelidikan menumukan hal tersebut.

“Penyelidikan ini menentukan bahwa ISIS sengaja menempatkan bahan peledak dan penembak jitu untuk mencelakakan warga sipil,” kata Isler. Dia menambahkan bahwa pasukan gabungan bertanggung jawab atas serangan udara itu.

Hasil penyelidikan menemukan bahwa bekas bahan kimia yang didapati tidak sama dengan bom yang biasa digunakan oleh pasukan Amerika, melainkan cocok dengan bahan peledak yang biasa digunakan oleh petempur ISIS.

Menurut analisis, jumlah bahan peledak pada bom AS, yang beratnya sekitar 200 kilogram, tidak cukup mampu untuk meruntuhkan bangunan. Hasil penyelidikan tersebut menambahkan bahwa bom tersebut dijatuhkan di bagian depan bangunan sementara para ahli struktural menemukan bahwa kerusakan dan cekungan berada di belakang bangunan.

Tujuh bulan sejak operasi untuk merebut kembali Mosul dimulai, pasukan Irak telah menyingkirkan kelompok ISIS dari semua daerah kecuali satu kantong wilayah di bagian barat Mosul, termasuk Kota Tua.

Penyelidikan tersebut juga merekomendasikan pasukan gabungan untuk menciptakan sebuah tim yang bertugas untuk memantau adanya korban sipil, agar nantinya dapat dengan cepat menyelidiki laporan kematian warga sipil.

Pasukan gabungan telah menyesuaikan taktik pengumpulan intelijennya untuk lebih mempermudah memantau keberadaan warga sipil, kata Isler.

Sebelum penyelidikan ini, pasukan gabungan pimpinan AS menentang pernyataan kelompok ISIS yang mengatakan bahwa setidaknya 352 warga sipil tewas Dalam serangan yang dilakukan di Irak dan Suriah sejak 2014. Hasli perkiraan pasukan gabungan jauh lebih rendah daripada yang diberikan oleh kelompok luar.

Baca juga:

Untuk Memahami Serangan AS di Mosul, Lihatkan Serangan Rusia di Chechnya