Setiap Detik, Satu Orang Terusir Dari Negaranya Karena Perang
Pengungsi Irak

Setiap Detik, Satu Orang Terusir Dari Negaranya Karena Perang

Lebih dari 31 juta orang atau satu orang setiap detiknya tercabut dari negara asalnya pada 2016 karena perang dan bencana.

Jumlahnya  diperkirakan meningkat, kecuali penyebab utama, seperti, perubahan iklim dan kekacauan politik ditangani.

Pusat Pemantauan Perpindahan Dalam Negeri (IDMC), bagian dari lembaga bantuan Dewan Pengungsi Norwegia  pada Senin 22 Mei 2017 mengatakan hampir tujuh juta orang mengungsi karena perang, kebanyakan dari wilayah sub-Sahara Afrika dan Timur Tengah.

Sebanyak 24 juta orang lain, terutama di Asia, mengungsi ke daerah lain di wilayah itu karena bencana alam, seperti, badai, banjir dan kebakaran hutan, kata laporan IDMC.

Tidak seperti pengungsi yang mencari suaka di negara lain, pengungsi internal (IDPs) tetap berada di negara mereka sendiri dan tidak dapat mengklaim perlindungan internasional, IDMC mengatakan.

Untuk alasan itu, pengungsi seringkali terabaikan sampai krisis kemanusiaan melanda perbatasan, kata direktur IDMC Alexandra Bilak.

“Kejadian itu dengan mudah dapat terlupakan karena pemerintah nasional, dalam beberapa kasus, tidak ingin mengetahuinya dan tentu saja tidak ingin ada pihak asing mulai ikut campur urusan di negara mereka,” katanya kepada Thomson Reuters Foundation.

Pada 2016, konflik mengusir kebanyakan orang di Republik Demokratik Kongo, dengan 922.000 orang melarikan diri dari rumah mereka, diikuti oleh Suriah (824.000) dan Irak (659.000).

Tapi, bencana alam mencetak angka sebanyak tiga kali lebih banyak dari pada konflik, dengan lebih dari tujuh juta orang di China terpaksa meninggalkan rumah mereka, diikuti oleh Filipina dengan hampir enam juta dan India mencapai hampir dua setengah juta.

Menurut Bilak para pembuat kebijakan sangat perlu untuk mengatasi akar penyebab terusirnya orang-orang dan lebih memusatkan perhatian pada pengungsi karena mereka mungkin akan melarikan diri ke negara lain jika keadaan mereka memburuk.

“Orang-orang yang mengungsi dalam jangka waktu lama dan menghadapi ancaman besar terhadap keselamatan dan keamanan mereka pada dasarnya harus mencari perlindungan di tempat lain jika mereka tidak mendapatkannya di negara mereka,” katanya menegaskan.

Jutaan orang Suriah mengungsi dalam tahun-tahun pertama perang, kata Bilak, dan baru pada tahun 2014 dan 2015 ketika mereka mulai melarikan diri dari negara tersebut dalam jumlah besar memicu krisis migrasi terbesar sejak Perang Dunia II.

“Tidak cukup banyak yang dihabiskan untuk pencegahan dan masih banyak yang dihabiskan untuk gejala krisis ini,” katanya.

“Misalnya, dengan dampak perubahan iklim, yang hanya akan menyebabkan cuaca lebih tajam, yang akan memberi tekanan pada sumber daya, selanjutnya menyebabkan lebih banyak sengketa dan memberi iuran pada lingkaran setan,” deemikian Bilak.

Baca juga:

5 Perang Paling Mengerikan Sepanjang Masa