Korea Utara pada Senin mengaku berhasil menguji peluru kendali berdaya jangkau menengah, yang memenuhi semua persyaratan teknis sehingga siap dibuat secara massal. Pernyataan tersebut mengisyaratkan kemajuan negara tersebut dari ambisi menyerang Amerika Serikat.
Korea Utara kembali menembakkan sebuah peluru kendali balistik ke perairan lepas pantai timur semenanjung pada Minggu 21 Mei 2017. Ini merupakan uji coba peluru kendali Korea Utara yang kedua dalam waktu satu minggu terakhir.
Peluru kendali diluncurkan pada pukul 07.59 GMT (14.59 WIB) dari sebuah lokasi di dekat Pukchang, 60 kilometer sebelah timur laut ibukota Pyongyang, sebuah wilayah di mana Korea Utara pernah mencoba melakukan uji coba peluncuran peluru kendali lainnya bulan lalu namun gagal. Peluru kendali tersebut terbang sekitar 500 kilometer.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyaksikan langsung peluncuran Pukguksong-2 itu, peluru kendali dengan bahan bakar padat, kata kantor berita KCNA.
“Kami dengan bangga menyatakan bahwa rudal ini bisa menyasar target dengan sangat akurat dan Pukguksong-2 adalah senjata strategis yang sukses,” tulis KCNA mengutip Kim.
“Saat menyaksikan gambar-bambar yang dikirim secara langsung dari kamera yang terpasang di ujung rudal, Pemimpin Agung Kim Jong Un melihat dunia yang begitu indah,” tulis KCNA.
Seorang perwira militer Korea Selatan mengatakan bahwa peluru kendali tersebut muncul sebagai pembaharuan, versi penambahan jarak dari kapal selam peluncur peluru kendali berbahan bakar padat Korea Utara. Peluru kendali yang ditembakkan seminggu yang lalu berbahan bakar cair, dan terbang lebih jauh.
Penggunaan bahan bakar padat adalah kemajuan besar bagi Korea Utara karena lebih stabil dan bisa dipindahkan dengan mudah sehingga bisa melakukan serangan kejutan.
Militer Korea Selatan menyatakan bahwa uji coba terbaru pada Minggu memberi gambaran data yang meyakinkan tentang kemajuan program pengembangan rudal oleh Pyongyang.
Pyongyang sendiri mengaku tengah mengembangkan rudal berhulu ledak nuklir yang bisa menyerang daratan Amerika Serikat dan pada Sabtu mengaku telah berhasil. Namun banyak pakar meragukan klaim tersebut.
Sejumlah pakar memperkirakan Korea Utara baru bisa berhasil memperoleh teknologi itu pada 2030. Namun pada pekan lalu, KCNA mengatakan rudal mereka telah bisa mencapai Hawaii dan Alaska.
Pakar itu menjelaskan bahwa bahan bakar padat dan peluncur bergerak akan membuat musuh Pyongyang kesulitan mendeteksi adanya persiapan serangan.
“Untuk tujuan militer, rudal berbahan bakar padat punya banyak keuntungan, dan bisa diluncurkan dengan cepat setelah memindahkan tempat peluncuran,” kata David Wright, direktur Global Security Program dari lembaga Union of Concerned Scientists.
“Mengembangkan rudal berbahan bakar padat adalah hal yang sulit,” kata dia sambil menambahkan bahwa negara-negara besar seperti Prancis dan China perlu waktu berpuluh-puluh tahun untuk mengambangkan rudal berdaya jangkau menengah menjadi panjang.