Berbeda dengan pendahulnya, Barack Obama yang lebih terbuka, Presiden Amerika Serikat Donlad Trump bersikap keras terhadap Iran. Trump beberapa kali mengeluarkan retorika tajam kepada Teheran yang mengisyaratkan Washington tidak akan segan-segan menggunakan opsi militer ke negara di kawasan Timur Tengah tersebut.
Amerika memang bisa menghancurkan Irak, sebuah negara dengan kekuatan militer kuat pada eranya. Tetapi tidak akan semudah itu jika berhadapan dengan Iran. Bahkan jika serangan akan dilakukan terbatas pada fasilitas nuklir Iran.
Untuk menyerang Iran Amerika harus benar-benar habis-habisan. Mereka harus mengerahkan skuadron jet tempur, pembom, tim komando, rudal pencegat dan seluruh kelompok tempur kapal induk Angkatan Laut. Selain itu seluruh kekuatan drone, pesawat mata-mata, pesawat tanker dan dukungan logistik akan bergerak dalam sebuah misi sangat besar.
“Ini bukan merupakan misi sederhana pembom terbang masuk dan keluar dari Iran, ini adalah rumit Serangan udara yang akan melibatkan banyak pesawat, masing-masing dengan peran sendiri, seperti pesawat tempur yang berperan untuk menekan pertahanan udara di sepanjang jalan, pesawat pembom harus mendapat pengawalan pesawat tempur, pesawat perang elektronik dan komunikasi. Ditambah dengan tanker pengisian bahan bakar di udara di sepanjang jalan masuk dan keluar dari Iran,” Anthony Cordesman dari Pusat Studi Strategis dan Internasional pernah mengatakan demikian.
Bahkan kemudian, Cordesman menambahkan, “Tergantung pada kekuatan dialokasikan dan durasi serangan udara, tidak mungkin bahwa kampanye udara saja bisa mengakhiri program nuklir Iran. Kemungkinan fasilitas tersebar mempersulit penilaian dari suatu keberhasilan misi potensial, sehingga tidak jelas apa efek akhir dari serangan apakah akan tepat ke fasilitas nuklir Iran. ”
Selanjutnya hal rumit lain, pasukan militer Amerika tidak akan mampu untuk hanya fokus pada menggempur target nuklir Iran. Mereka juga harus menjaga Selat Hormuz – jalur air sempit yang menghubungkan Teluk Oman ke Teluk Persia – di mana sekitar 20 persen dari minyak dunia melewati, serta aset AS dan sekutu lainnya yang tak terhitung jumlahnya di daerah itu.
Iran telah memperkuat Selat Hormuz dengan berkali-kali melakukan latihan di tempat ini. Mereka juga memiliki kapal selam mini untuk melakukan erangan serta baterai rudal yang ditempatkan di sejumlah titik.
Federasi Ilmuwan Amerika pernah memperkirakan hitungan kasar jika Amerika melakukan serangan dalam waktu tiga bulan saja maka akan mengguncangkan ekonomi global. Kerugian total sekitar US$60 miliar akan dialami Amerika dan mencapai US$2 triliun untuk seluruh dunia.
Sehingga serangan AS dan koalisi terhadap Iran seperti meledakkan bom di sebuah pabrik mesiu. Serangan militer terhadap Iran bisa mendestabilisasi seluruh wilayah Timur Tengah dan berpotensi menghasilkan perlombaan senjata nuklir di bagian dunia lain.
Menurut Cordesman ide perang dengan Iran adalah lelucon. Pihak-pihak yang terkait di Washington harus lebih berhati-hati ketika mengancam akan menggunakan kekuatan militer ke negara tersebut.
Akan membutuhkan biaya besar dan pasukan yang jauh lebih besar dibandingkan perang Irak dan Afghanistan. Kerugian materiil dan nyawa tidak boleh dianggap enteng.
Baca juga: