
Masalahnya adalah presisi tidak diperlukan dalam pertempuran yang di mana musuh memiliki tentara yang berkemah di sepanjang punggung bukit. Tembakan mungkin akan memukul salah satu tenda atau kendaraan. Dalam situasi seperti ini tembakan dalam jumlah besar akan memastikan bahwa setiap target akan hancur.
Hal inilah yang dianut Rusia yang berinvestasi banyak untuk mendapatkan lebih banyak senjata dan roket yang bisa ditembakkan lebih cepat dan lebih jauh.
Beberapa dari roket baru dan senjata api mereka dapat menembak lebih jauh dari senjata milik Amerika yang berarti bahwa Pasukan Amerika maju lebih dekat agar senjatanya bisa mencapai target, tetapi jika itu dilakukan maka mereka akan jadi sasaran hujan artileri Rusia.
Artileri Rusia
Rusia juga melakukan investasi dalam kemampuan baru seperti drone bunuh diri dan hulu ledak thermobaric yang melepaskan bahan bakar atau fragmen logam ke udara dan kemudian meledakkannya, menciptakan gelombang ledakan dan gelombang besar api.
Perkembangan ini juga telah menjadi sorotan dari Angkatan Darat Amerika. Letnan Jenderal H.R. McMaster dari US Army saat memberi briefing pada Mei 2016 lalu menatakan tentang ancaman baru dari artileri Rusia dan menyerukan Amerika untuk meningkatkan kekuatan artileri mereka.
Tetapi tentu saja perang tidak berdiri sendiri-sendiri. Rusia bisa unggul di sisi ini tetapi hal yang harus diingat adalah Amerika memiliki kekuatan udara besar yang bisa menghancurkan sistem artileri Rusia hingga duel artileri tidak perlu dilakukan.
Selain itu dalam perang ini juga akan berbicara rudal jalajah jarak jauh dari kedua negara hingga pertanyaannya, apakah duel artileri masih bisa tercipta jika kedua negara dengan kemampuan serangan jarak jauh sangat tinggi ini bertemu?
Baca juga: