Amerika telah mulai memasang sistem pertahanan udara Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Korea Selatan. Bahkan sistem pertahanan rudal cangih ini dilaporkan telah mencapai kemampuan operasi awal dan siap untuk melawan rudal Korea Utara.
Beijing telah menentang pengaktifan THAAD, dengan alasan radar sistem tersebut dapat digunakan untuk memata-matai wilayahnya. Mereka tetap tidak mau menerima meski ada jaminan dari Washington bahwa THAAD benar-benar bersifat defensif.
Amerika Serikat saat ini memiliki enam baterai THAAD di seluruh dunia yang tugasnya mencegat dan menghancurkan rudal balistik pada fase penerbangan akhir, baik di dalam maupun di luar atmosfer bumi.
THAAD merupakan salah satu sistem rudal pertahanan paling canggih di dunia saat ini. Sistem pertahanan rudal yang unik dengan presisi yang diklaim tak tertandingi, mampu melawan ancaman di seluruh dunia dengan mobilitas dan penempatan baterai unit strategis.
Interceptor THAAD tidak membawa hulu ledak dan menggunakan energi kinetik murni untuk membunuh rudal balistik baik di dalam maupun di luar atmosfer.
Setiap peluncur membawa hingga delapan rudal dan dapat menyerang beberapa target sekaligus. Peluncur rudal yang dibangun Lockheed Martin adalah salah satu elemen dari empat bagian sistem anti-rudal. Grafik di bawah ini menunjukkan sisa komponen yang dibutuhkan untuk setiap intersepsi musuh.
Radar Raytheon AN / TPY-2 digunakan untuk mendeteksi, melacak dan mengidentifikasi rudal balistik di fase penerbangan. Radar mobile seukuran bus ini begitu kuat sehingga dapat memindai area ukuran seluruh negara.
Setelah ancaman musuh diidentifikasi, Fire Control and Communications (TFCC) segera menembakkan rudal untuk memburu, mencegat dan menghancurkannya. Ketika terbang interceptor akan melacak target dan melenyapkannya.
Untuk melihat bagaimana cara kerja sistem ini, grafis berikut bisa memberi gambaran lebih jelas: