Amerika Serikat menyebut peluncuran rudal Korea Utara terakhir sebagai “sebuah resep untuk sebuah bencana”. Washington dan mitra di kawasan tersebut harus terus berkolaborasi untuk menangkis provokasi dari Pyongyang.
Rudal yang ditembakkan Korea Utara pada Minggu mampu terbang lebih tinggi dan lebih lama dari tes sebelumnya. Hal ini menyebabkan beberapa ahli percaya ini adalah peluncuran paling canggih di negara ini sampai saat ini. Dipecat dari lintasan “lofted”, proyektil mencapai ketinggian di 1.200 mil, melonjak di atas satelit di orbit Bumi rendah.
Menurut Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA), tes tersebut bertujuan untuk menentukan kemampuan rudal untuk membawa “hulu ledak nuklir skala besar yang berat,” walaupun hal ini belum dikonfirmasi.
Komandan Komando Pasifik Amerika Serikat atau US Pacific Command (USPACOM) Admiral Harry B. Harris Jr mengatakan rudal tersebut benar-benar menjadi ancaman serius.
“Menggabungkan hulu ledak nuklir dengan teknologi balistik dan beada di tangan pemimpin yang mudah marah seperti Kim Jong-un adalah resep untuk sebuah bencana,” katanya Rabu 17 Mei 2017.
“Kim Jong-un tidak takut gagal di depan umum dan setiap tes yang dia lakukan adalah kesuksesan. Korea Utara satu langkah lebih dekat untuk bisa memberikan rudal yang dilengkapi nuklir di manapun di dunia ini. ” Dia mengatakan bahwa AS, Korea Selatan dan Jepang harus mengepung negara ini untuk melawan ancaman dari Pyongyang.
Ketiga negara saat ini terlibat dalam latihan militer trilateral di dekat semenanjung Korea, sebuah langkah yang dianggap Pyongyang sebagai persiapan untuk menyerang Korea Utara dan menyingkirkan pemimpin tertingginya.
Harris juga bertemu dengan Menteri Pertahanan Jepang Tomomi Inada, Menteri Luar Negeri Fumio Kishida dan Perdana Menteri Shinzo Abe saat berada di Tokyo.
Meskipun Presiden AS Donald Trump telah menyatakan kesediaannya untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam keadaan yang tidak ditentukan, setelah tes tersebut Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Nikki Haley mengatakan bahwa perilaku semacam itu “bukanlah cara untuk duduk” dengan Trump.
Saat berbicara di PBB Haley menuduh Kim berada dalam “keadaan paranoia” dan memperingatkan bahwa Washington akan terus “memperketat sekrup” di negara yang terisolasi tersebut.
Baca juga: