Site icon

Paling Hobi Pakai Drone, Kini AS Ketakutan dengan Pesawat Murahan ISIS

Amerika Serikat dikenal paling sering menggunakan pesawat tanpa awak atau drone untuk menyerang target di manapun, bahkan di negara yang tidak terlibat perang dengannya. Drone-drone canggih mereka telah menewaskan ratusan orang.

Kini giliran ISIS menggunakan drone murahan, komando pasukan khusus atau Special Operations Command  (SOCOM) Amerika Serikat sudah ketakutan. Mereka menyebut drone ISIS sebagai “masalah paling menakutkan”.

Jenderal Raymond Thomas, Komandan SOCOM  mengatakan pada sebuah Konferensi Industri Pasukan Operasi Khusus  Selasa 16 Mei 2017 mengatakan ISIS  menggunakan pesawat tempur bersenjata yang tersedia secara komersial untuk mengacaukan pasukan AS dan koalisi yang berperang di Mosul pada 2016.

“Masalah tahun lalu yang paling mengerikan adalah musuh yang adaptif, untuk sementara, menikmati superioritas taktis di wilayah udara di bawah superioritas udara konvensional kami dalam  pesawat tak berawak dan sistem senjata siap pakai yang tersedia secara komersial, dan satu-satunya tanggapan yang tersedia adalah tembakan senjata ringan, “Jenderal Raymond Thomas sebagaimana dikutip Defense News.

Thomas  menyoroti bagaimana militan ISIS dapat menyesuaikan diri dengan taktik dan kekuatan Amerika dan menemukan cara-cara kreatif untuk melecehkan pasukan Amerika dan Irak. Taktik yang berkembang memaksa pasukan Amerika untuk menyesuaikan diri dengan cepat  untuk menemukan dan menggunakan teknologi yang ada lapangan dengan cepat untuk melawan ancaman tersebut.

Ancaman pesawat tak berawak menjadi sangat serius sehingga pada satu saat hampir menghentikan serangan Irak di Mosul, kata Thomas.

“Sekitar lima atau enam bulan yang lalu,  Irak hampir menghentikan operasi karena  secara harfiah selama  24 jam ada 70 pesawat tak berawak di udara,” Thomas menceritakan. “Pada satu titik ada 12 ‘lebah pembunuh’, jika Anda mau, tepat di atas kepala dan di bawah superioritas udara kita.”

Pesawat tak berawak itu adalah quadcopters yang tersedia tokoh dengan harga sekitar US$2.000 (sekitar Rp26 juta) yang kemudian dipasang senjata amunisi 40 mm oleh ISIS.

Pasukan Amerika harus bekerja menyerang jaringan dan komunikasi pendukung pesawat drone, namun mereka juga mencari teknologi frekuensi radio dan elektromagnetik untuk melawan pesawat tak berawak yang bisa didapat dengan cepat.

“Ini belum dikalahkan,” kata Thomas. “Saya tidak akan pernah tidur dengan musuh ini sebelumnya.”

“Mereka akan beradaptasi dan mencari cara lain untuk datang kepada kita, tapi ini adalah keuntungan sesaat yang mereka miliki yang harus diperbaiki.”

Baca juga:

Drone RQ-7 US Army Melakukan Perjalanan Misterius Sejauh 633 Mil

Exit mobile version