Empat prajurit Arhanud 1/K meninggal saat saat salah satu pucuk meriam giant bow dari Batalyon Arhanud 1/K yang sedang melakukan penembakan mengalami masalah.
Saat penembakan senjata tersebut mengalami gangguan pada peralatan pembatas elevasi, sehingga tidak dapat dikendalikan. “Dan mengakibatkan empat orang meninggal dunia,” kata Kepala Dinas Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen TNI Alferd Denny sebagaimana dikutip Okezone Rabu 17 Mei 2017.
Alfret Denny menuturkan kejadian ini berawal ketika latihan pendahuluan yang dilakukan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Natuna, Rabu 17 Mei 2017 sekitar pukul 11:21 WIB. Saat latihan pucuk meriam giant bow dari Batalyon Arhanud 1/K yang melakukan penembakan mengalami gangguan pada pembatas elevasi.
Akibatnya meriam tersebut tak bisa dikendalikan dan menjadi liar. Lebih lanjut, Alfret menyatakan pihaknya sedang melakukan investigasi atas peristiwa tersebut. “Investigasi sedang berlangsung,” ujar Alfret.
Adapun korban kecelakaan yang meninggal dunia adalah Kapten Arhanud Heru Bayu, Prajurit Kepala Edy, Prajurit Satu Marwan, Prajurit Satu Ibnu. Sedangkan empat korban yang dilarikan ke Rumah Sakit TNI Pontianak adalah Sersan Dua Alfredo Siahaan, Sersan Satu Blego, Prajurit Dua Wahyu Danar dan Prajurit Satu Bayu Agung.
Dalam kecelakaan latihan tempur ini, korban terluka lain yang dirawat adalah Prajurit Satu Ridai, Prajurit Satu Didik, Prajurit Kepala Edi Sugianto dan Pembantu Letnan Dua Dawid. “Pimpinan TNI Angkatan Darat menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas gugurnya empat prajurit terbaik TNI AD,” ujar Alfret.
Sejumlah media menyebut senjata tersebut adalah meriam atau kanon Type 80 Giant Bow kaliber 23mm. Senjata apa ini sebenarnya?
NEXT: SENJATA CHINA JIPLAKAN RUSIA
Senjata ini merupakan penangkis serangan udara dengan dua laras ini diproduksi oleh Norinco, China. Kanon merupakan tiruan dari kanon ZU-23-2 produksi Rusia. Giant Bow atau disebut juga Shengong dapat dikendalikan secara manual atau otomatis dengan integrasi sistem.
Kecepatan proyektil yang dilesatkan oleh kanon ini mencapai 970 meter per detik dengan jarak tembak, untuk sudut vertikal maksimum 1.500 meter, dan sudut horizontal maksimum 2.000 meter. Sedangkan dalam tembakan mendaratar bisa hingga 2.500 meter. Putaran per menitnya bisa mencapai 1.500-2.000 tembakan. Tetapi edangkan untuk kecepatan tembak praktis 400 proyektil per menit. Jenis amunisi yang biasa digunakan adalah HEI-T dan API-T.
Senjata ini digunakan untuk menjatuhkan pesawat yang terbang rendah. Hal ini sesuai dengan kecelakaan yang terjadi ketika sedang berusaha menembak jatuh sebuah drone.
Senjata ini diproduksi tahun 2000 dengan berat 1.250 kg. Senjata bisa ditarik dengan truk Unimog. Dengan 5 personel yang mengoperasikan senjata siap tempur kurang dari 5 menit.
Ada dua kursi operator pada kanon ini, tetapi dalam skema operasi mandiri, dapat pula ditangani oleh satu penembak. Peran awak lainnya diperlukan untuk loading amunisi dan penggantian laras. Giant Bow dapat digerakan secara manual yakni dengan putaran engkol, atau dapat pula dioperasikan secara elektrik lewat joystick.
Seperti halnya kanon pertahanan udara umumnya, Giant Bow memiliki sudut putar 360 derajat. Sedangkan sudut elevasi laras dengan sistem manual yakni -5 sampai 90 derajat, dan elevasi laras dengan sistem elektrik mulai dari -3 sampai 90 derajat.
Kanon dua laras ini dibekali 2 box magasin yang ada di kiri dan kanan dengan masing-masing berisi 50 butir peluru. Jumlah yang sedikit untuk senjata dengan kecepatan putaran tinggi. Artinya kru harus sangat cepat untuk melakukan loading amunisi.
Spesifikasi:
- Produksi : Norinco, Cina
- Kecepatan Proyektil : 970 meter per detik
- Kecepatan Tembak : 1.500 – 2.000 proyektil per menit
- Berat kosong : 950kg
- Lebar Siap Angkut : 1,83 meter
- Lebar SiapTempur Roda Terlipat : 2,88 meter
- Tinggi Siap Angkut : 1,83 meter
- Tinggi Dalam keadaan terkunci : 1,22 meter
- Sudut Putar : 360 derajat
- Sudut Elevasi : -5 sampai 90 derajat
Sumber: Indomiliter