Seperti ditulis sebelumnya enam kapal milik NATO tiba di Estonia, sebuah negara yang berbatasan dengan Rusia. Kapal-kapal perang dari berbagai negara ini datang untuk melakukan latihan bersama.
Dalam kasus perang, armada Angkatan Laut masih akan memegang peranan penting terutama dalam mendobrak pintu musuh. Kapal akan melakukan serangan darat dan juga menurunkan kekuatan ke darat.
Tetapi untuk bisa menembus pantai Rusia bukan pekerjaan yang gampang, bahkan sangat sulit. Kapal perang lawan akan menghadapi berbagai sistem pertahanan.
Ideologi militer Rusia secara umum memang berbeda dengan Amerika. Jika Amerika menerapkan karakter agresif, maka Rusia lebih memilih menekankan kekuatan defensif dengan membuat gelembung pertahanan yang dikenal dengan stragei anti acess/areal denal (A2/AD). Prinsip sederhananya, Rusia akan menjaga kekuatan lawan baik udara maupun laut untuk tidak bisa mencapai wilayah di mana mereka bisa melakukan serangan.
Di udara, Rusia memiliki sistem pertahanan udara yang sudah tidak diragukan lagi. Mereka diperkuat dengan sistem rudal pertahanan udara dari Buk, S-300 hingga S-400. Lantas bagaimana dengan laut? Sama bahayanya. Ada banyak senjata yang akan menjadikan musuh kesulitan untuk mencapai titik serang bahkan mungkin akan hancur sebelum bisa menembakkan senjatanya. Dua dari senjata itu akan benar-benar menjadi ancaman besar bagi NATO.
Yang pertama adalah armada kapal selam Rusia. “Rusia membangun sejumlah kapal selam diesel listrik hybrid siluman dan menggunakan mereka di sekitar teater,” kata Wakil Adm. James G. Foggo III, Komandan Armada 6 Angkatan Laut AS sekaligus Komandan Angkatan Bersama Maritime Eropa dan NATO beberapa waktu lalu.
Kapal selam ini merupakan komponen dari A2/AD Rusia. Kapal selam Rusia adalah ancaman yang paling berbahaya yang dihadapi Angkatan Laut Amerika dan NATO. Kemampuan mereka untuk lolos dari radar dan bergerak secara cepat akan menjadi ancaman sangat berbahaya.
Kremlin telah menginvestasikan uang dalam jumlah besar untuk modernisasi armada bawah laut untuk menantang Angkatan Laut AS dan NATO di Atlantik Utara. Dan dalam banyak hal, Angkatan Laut Rusia telah sejajar dengan kemampuan Barat.
Salah satu desain Rusia yang telah menarik perhatian Angkatan Laut AS adalah kapal selam Proyek 885 Kelas Yasen. Kapal selam pertama dari proyek ini, Severodvinsk, sudah dalam pelayanan operasional.
Meskipun Severodvinsk dan kapal selanjutnya yang lebih modern seperti Kazan, Foggo mengatakan bahwa Angkatan Laut AS masih mempertahankan keunggulan. Tapi Rusia akan terus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan bawah laut dan akan terus membangun armada bawah laut mereka.
“Saya percaya mereka akan terus menyempurnakan kemampuan kapal selam mereka dengan maksud untuk mencapai paritas dengan Barat-termasuk diri kita sendiri.”
Untuk mempertahankan keunggulan, Amerika Serikat harus mendorong teknologi dalam pengembangan kapal selam dan pesawat dan kemampuan perang anti-kapal selam untuk mencegah Rusia mendapatkan keuntungan.
“Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi, jadi kita perlu terus R & D [research and development] dan kita perlu terus membuat kapal-kapal kita lebih tenang dan mampu dan memiliki teknologi yang lebih tinggi,” kata Foggo.
Tapi US Navy dan NATO tidak bisa hanya fokus pada kapal selam versus kapal selam. Barat harus mengambil pendekatan holistik untuk menangani armada Rusia yang bangkit kembali. Pendekatan holistik harus mencakup kapal selam, kapal permukaan dan pesawat.
Menemukan kapal selam lain dengan kapal selam bisa sulit, bisa seperti mencari jarum di tumpukan jerami. “Anda membutuhkan sumber daya lain untuk membantu mereka yakni pesawat patroli laut,” kata Foggo
Amerika akan mengandalkan pesawat patroli maritime dan anti-kapal selam Boeing P-8 Poseidon. Menurut Foggo P-8 tak tertandingi dalam kemampuan ini dan akan menjadi komponen penting dari respons AS dan NATO terhadap aktivitas kapal selam Rusia.
Hal inilah mengapa Poseidon sangat aktif di sekitar Rusia. Minggu lalu, dua kali pesawat ini dicegat oleh jet tempur Rusia di atas Laut Hitam. Misi P-8 di wilayah ini sangat mudah ditebak, mereka sedang berlatih untuk melacak dan memburu kapal selam Rusia. Karena tanpa bisa mengalahkan mereka, maka akan sulit bagi kapal perang Amerika dan NATO mencapai titik serang yang sesuai dengan kemampuan rudal yang mereka tembakkan.
Destroyer kelas Arleigh Burke juga sangat aktif di dekat Rusia karena akan menjadi aset penting untuk memburu kapal selam. Di Eropa Amerika memiliki empat kelas Burke DDGS-yang dikerahkan di Rota, Spanyol dan melakukan berbagai misi di seluruh teater, salah satunya adalah anti kapal selam. “Kita harus terus melatih dan mengasah kemampuan ASW kita sehingga kita bisa lebih baik daripada musuh potensial,” kata Foggo.
NEXT: K-300P BASTION-P
MELAWAN K-300P BASTION-P
Tetapi bukan hanya kapal selam, Rusia telah mengembangkan gelembung kemampuan anti-access / area denilai yang membuat sulit bagi AS dan pasukan sekutu untuk beroperasi. Zona ini meliputi Baltik di mana Kaliningrad telah menjadi dijaga ketat oleh benteng rusia . Hal sama juga terjadi di Crimea di Laut Hitam, dan zona lain di Mediterania Timur sekitar kota Suriah Tartus dan Latakia.
Meski Rusia mengatakan penyebaran sitem rudal permukaan ke udara, sistem anti kapal baik kapal selam maupun kapal permukaan serta senjata permukaan ke permukaan sebagai hal defensif, Washington menyebut Moskow bisa menggunakan kekuatan-kekuatan itu sebagai senjata ofensif.
Kemampuan sistem A2 / AD Putin, bisa dengan mudah digunakan untuk mengancam wilayah udara dari semua Baltik. Ini akan menjadi masalah keamanan NATO dan kedaulatan negara-negara sekitar. Jadi kita perlu ingat bahwa senjata itu memiliki kemampuan serang serta kemampuan defensif.
Di Kaliningrad dan Crimea, misalnya, Rusia telah menyiapkan sistem radar pesisir yang dapat digunakan untuk isyarat sistem rudal antikapal K-300P Bastion-P yang dapat meluncurkan rudal supersonik P-800 Oniks dengan kecepatan lebih dari Mach 2.5 untuk menghantam target sejauh 300 kilometer.
Jika rudal permukaan ke udara canggih seperti S-400 membela udara Bastion digunakan untuk menjaga area dari Angkatan Laut AS dan NATO.
Selain itu Rusia juga menyebarkan ranjau laut canggih. Selain itu, orang tidak boleh lupa tentang ranjau atau kendaraan bawah air tanpa awak yang mudah, rahasia dan membatasi akses ke suatu daerah.
Meski menakutkan, Foggo masih yakin mereka bisa mengatasi gelembung A2 / AD walau diakui akan sulit untuk melawan.
Pasukan NATO di bawah komando Foggo baru-baru ini mempraktikan melawan ancaman anti-access/ area denilai selama latihan BALTOPS 2016.
Langkah pertama adalah untuk membangun superioritas udara dan maritim menggunakan jet tempur, kapal dan kapal selam.
Meski Foggo tidak akan membahas taktik atau teknik Angkatan Laut yang akan digunakan, kapal induk dan penerbangan angkatan laut memainkan peran penting dalam melawan gelembung A2 / AD Rusia.
Untuk melawan ancaman dari ranjau armada NATO dikerahkan untuk melakukan pembersihan sebelum Marinir pergi ke darat. “Jelas, jika ada ranjau kita tidak bisa menempatkan Marinir darat,” kata Foggo. “Itu juga memerlukan superioritas udara atas.”
Sementara itu, AS Angkatan Laut dan NATO terus beroperasi di zona yang dipertahankan oleh kemampuan A2 / AD Rusia seperti Baltik, Suriah dan sekitar Crimea di Laut Hitam.
“Ini semua adalah daerah NATO-dengan Amerika Serikat sebagai bagian dari NATO, terus melakukan operasi bilateral dengan sekutu di seluruh perairan mereka untuk mengerahkan kemampuan kita dalam melakukan kebebasan navigasi meskipun ada ancaman A2 / AD, “kata Foggo.