
Hanya mengapa ada orang yang berpikir untuk mengirimkan sebuah kapal induk ke zona pertempuran, dengan hanya dikawal oleh dua kapal perusak. Geirr Haarr, penulis The Battle for Norway: April–June 1940, menunjukkan “kurangnya kegiatan kapal permukaan dan bawah laut Jerman selama beberapa bulan sebelumnya telah membuat Admiralty dan sebagian besar perwira senior Inggris terlalu santai tentang kemungkinan serangan dari Kriegsmarine di luar Skagerrak. Ini adalah misi kelima Glorious untuk Norwegia, dan kapal induk memiliki waktu untuk melakukan perjalanan 400 mil ke Norwegia utara dengan hanya pengawalan perusak terbatas. ”
Tapi tidak kali ini. Pada tanggal 8 Juni pukul 15:45, corong asap dari pasukan Inggris telah terpantau oleh Scharnhorst dan Gneisenau dari jarak sekitar tiga puluh mil. Ini kapal modern, dibangun pada tahun 1930-an, entah battleships atau kapal jelajah tempur, tergantung pada bagaimana Anda memandang mereka. Apapun itu, keduanya sangat layak untuk melawan satu kapal induk dan dua perusak yang mengawalnya.
Hebatnya, Glorious tidak memiliki pesawat pengintai atau pesawat patroli udara, atau bahkan pengintai yang dipasang. Tidak ada pesawat bahkan di dek penerbangan yang siap diluncurkan, dan tidak ada pesawat yang disiapkan sampai Jerman benar-benar melepaskan tembakan.
Destroyer Acasta dan Ardent berlayar dekat dengan kapal induk, mungkin menjaga dari serangan U-Boat, daripada bergerak di depan untuk memperingatkan jika ada kapal permukaan Jerman. Tak satu pun dari kapal memiliki radar yang memang masih hal yang baru pada tahun 1940 dan beberapa boiler pada Glorious turun, mengurangi kecepatan.
Kecerobohan ini jelas tidak bisa dimaklumi untuk melawan kekuatan besar seperti Jerman. Kapal perang Jerman begerak pada kecepatan lebih dari 30 knot. Perusak Inggris berusaha untuk menggunakan asap menutupi kapal induk yang bergerak kea rah lain, sedangkan Glorious juga terlambat untuk mencoba meluncurkan pesawat.
Dalam beberapa menit gate Glorious dihantam meriam dan menewaskan kapatennya. Dalam tradisi terbaik Royal Navy, kapal kecil Ardent bergerak menuju ke raksasa Jerman “Pada saat ini,” tulis Haarr, “Letnan Komandan Barker tidak lagi diragukan kemampuannya. Dia menyadari bahwa hal terbaik yang bisa ia lakukan adalah untuk menyerang dua kapal perang, mencoba untuk memberikan waktu bagi Glorious dan Acasta melarikan diri ke selatan. ”
Memang, petugas eksekutif Scharnhorst mencatat bahwa Ardent menyerang dengan torpedo dan berusaha dengan cara yang sangat terampil untuk melarikan diri dari tembakan defensif dari kapal perang dengan perubahan konstan.
Dia berjuang dengan luar biasa dalam situasi tanpa harapan. Destroyer menerima banyak tembakan dan akhirnya menyerah. Tetapi dalam keadaan hancur kapal masih bisa bergerak dengan kecepatan tinggi karena mesinnya tidak rusak dan menembakkan senjata untuk yang terakhir sebelum tenggelam.
Acasta tidak mau kalah. Bahkan saat dihantam senjata, kapal perusak kedua berhasil menembakkan torpedo, salah satunya membuat Scharnhorst rusak parah. Tetapi semua sia-sia. Kapal-kapal Jerman menguasai Glorious dan membombardir sampai tenggelam.
Entah kenapa, tidak ada sinyal marabahaya diterima oleh British Admiralty, mungkin karena Glorious dan kapal perusak memiliki radio yang diatur di frekuensi yang salah. Sebuah penjelajah Inggris, Devonshire sebenarnya ada dalam posisi relative dekat dan mendapatkan sinyal.
Tapi kapal ini membawa Raja Norwegia Haakon untuk diselamatkan di Inggris, dan Wakil-Laksamana John Cunningham-salah satu yang terbaik dari laksamana Inggris hingga memutuskan bahwa tugasnya terutama adalah untuk melindungi raja. Pada akhirnya di perairan beku Laut Utara, 1.519 orang tewas.