Filipina telah memutuskan untuk melengkapi dua helikopter AW159 Wildcat buatan Inggris yang dipesannya pada tahun 2016 dengan rudal Spike NLOS Israel. Rudal ini akan digunakan untuk melawan target permukaan.
Kedua helikopter ini akan beroperasi dari dua kapal yang juga dipesan Filipina dari Korea Selatan pada 2016. Masing-masing kapal fregat ini akan membawa satu AW159, yang juga digunakan oleh Angkatan Laut Korea Selatan dan Angaktan Darat dan Angkatan Laut Inggris.
Serupa dengan ukuran dan kemampuan Seahawk SH-60 Amerika Serikat, Wildcat yang memiliki berat enam ton memiliki daya tahan normal 90 menit dan 270 menit dengan membawa bahan bakar maksimal. Pesawat memiliki kecepatan tertinggi 290 kilometer per jam.
Untuk dinas angkatan laut, Wildcat dapat membawa Yukhoe yang mencelupkan dan satu atau dua torpedo anti-kapal selam. Dalam mode kargo bisa membawa tujuh penumpang atau setengah ton kargo.
Sedangkan Spike NLOS (Non Line-Of-Sight) adalah rudal tempur jarak jauh yang dibangun Israel. Rudal memiliki jangkauan 25 kilometer dengan berat 70kg.
Spike adalah serangkaian rudal anti-tank (atau apapun) dengan rentang 200-25.000 meter. Spike NLOS bisa dipecat pada target yang tidak terlihat oleh operator tetapi bisa dilihat oleh orang lain, dengan designator laser. Spike NLOS akhirnya biasanya dipecat dari helikopter, yang juga bisa mengusung penanda laser.
Filipina ingin menggunakan Spike NLOS di lepas pantai barat mereka, untuk membantu menghalangi upaya China untuk menguasai pulau dan terumbu Filipina. Wildcat dapat membawa empat rudal Spike NLOS. Yang jelas kekuatan baru ini akan menjadi sebuah kejutan di Laut China Selatan yang terus dalam suhu hangat.
Sebuah helikopter bisa terbang sekitar 40 meter di atas air untuk melihat sesuatu pada jarak 25 kilometer. Spike NLOS memiliki beberapa sistem panduan, termasuk video langsung yang memungkinkan pilot menerbangkan rudal ke sasaran, atau menggunakan gambar target yang dipilih rudal sendiri atau fire and forget. Spike NLOS cukup malah dengan harga satu unit lebih dari US$ 250.000 atau sekitar Rp3,3 miliar.
