Amerika Serikat terus terjebak dalam lumpur perang tak berujung di Afghanistan. Kini negara tersebut menginginkan untuk mengirimkan 3.000 pasukan lagi ke wilayah tersebut untuk memerangi Taliban yang kembali menguat.
Penasihat militer utama Presiden Trump mengusulkan tambahan 3.000 pasukan untuk bergabung dengan 8.400 personel yang masih ada di sana.
Gedung Putih masih tutup mulut dengan rencana tersebut. Juru bicara pers Pentagon Sean Spicer mengatakan kepada wartawan pada Senin 7 Mei 2017 bahwa dia tidak memiliki informasi baru untuk dibagikan.
H.R. McMaster, penasihat keamanan nasional Trump, telah melakukan tinjauan kebijakan mengenai Afghanistan dan diperkirakan akan mengumumkan rincian lebih lanjut tentang strategi pemerintah pada akhir bulan ini.
Pejabat pemerintahan mengatakan kepada Washington Post bahwa Pentagon sedang mempertimbangkan sikap agresif terhadap Taliban yang dapat mengembalikannya pada situasi perang. Strategi baru tersebut dilaporkan mendapat dukungan pejabat tinggi kabinet Trump dan akan memberi kuasa kepada Pentagon, bukan Gedung Putih, untuk mengatur jumlah pasukan di Afghanistan.
Selain itu strategi baru akan memungkinkan pemimpin militer untuk menjalankan kebijakan mereka dan memberikan wewenang lebih besar untuk meluncurkan serangan udara melawan Taliban. Hal ini berarti mencabut pembatasan era Obama yang membatasi peran tentara Amerika di Afghanistan.
Selama kampanye, Trump berbicara untuk tidak akan terjebak dalam konflik lebih lanjut dan menekankan mengalahkan ISIS sebagai prioritas utamanya. Spicer menegaskan kembali sikap tersebut saat konferensi pers hari Senin.
“Saya pikir, nomor satu, dia ingin memastikan bahwa kita mengalahkan ISIS. Itu adalah sesuatu yang menjadi kepentingan keamanan nasional kita, memastikan kita melindungi rakyat kita tapi dengan cara yang sangat bertanggung jawab,” kata Spicer dilaporkan Washington Examiner Selasa 8 Mei 2017.
Baca juga: