Lalu bagaimana Jepang akan menggunakan rudal ini? Dalam skenario Korea Utara mengancam meluncurkan rudal Rodong bersenjata nuklir melawan Jepang armada pesawat pengintai RQ-4 Global Hawk di Jepang akan mengamati rudal yang harus proses selama berjam-jam.
Namun militer negara tersebut tidak memiliki opsi untuk menghancurkannya sebelum diluncurkan. Sebuah persenjataan Tomahawk akan memberi Jepang kemampuan menyerang pertama melawan rudal tersebut.
Masalahnya, bagaimanapun, akan ada serangan kedua dan ketiga (dan keempat, kelima, dan seterusnya) dari Korea Utara. Jepang memerlukan lebih banyak kemampuan untuk melumpuhkan rudal Korea Utara, terutama peluncur mobile yang sulit ditemukan dan dihancurkan.
Jepang memang dapat membeli rudal jelajah untuk melakukan serangan awal, namun setiap serangan terhadap Korea Utara tidak akan selesai sampai di situ. Ini akan menjadi awal dari sebuah kampanye panjang dan mungkin terbuka yang tidak cocok untuk dilakukan Jepang.

Jepang tidak memiliki aset pengintaian dan intelijen, jet serangan dan pembom, dan tangki bahan bakar serta infrastruktur militer untuk kampanye semacam itu. Pada akhirnya Amerika yang akan diminta untuk menyelesaikan pekerjaan.
Semua ini berarti bahwa pembelian Tomahawk dari Jepang jauh lebih rumit daripada yang terdengar. Ini juga memerlukan izin pemerintah Amerika yang belum juga pasti. Kemampuan Jepang untuk memulai perang dengan Korea Utara dan Amerika yang harus menyelesaikannya, akan menjadi variabel yang tidak diinginkan untuk Washington.
Tetapi di sisi lain, pemerintah Trump telah vokal menuntut Jepang untuk terlibat lebih aktif. Hal ini juga akan menjadikan Gedung Putih sulit menolak permintaan sekutunya tersebut.