Dalam seminar Internasional untuk Perdamaian dan Penghapusan Pangkalan Militer Asing yang berlangsung di Kuba terungkap Amerika memiliki setidaknya 800 pangkalan militer di luar negeri. Bahkan dengan jumlah yang sudah sangat banyak itu, mereka masih akan terus membangun yang lain.
Seminar ke-5 yang berlangsung 4 sampai 6 Mei 2017 berlangsung di Kuba diikuti sekitar 300 aktivis anti-perang dan promotor perdamaian. “Sekarang ada sekitar 800 pangkalan amerika di negara-negara asing,” kata aktivis David Vine.
Menurut Pentagon 70 tahun setelah Perang Dunia II dan 62 tahun setelah Perang Korea, masih ada 174 lokasi pangkalan Amerika di Jerman, 113 di Jepang dan 83 di Korea Selatan.
Vine menambahkan bahwa “ratusan lagi pangkalan tersebar di sekitar 80 negara, termasuk Aruba dan Australia, Bahrain dan Bulgaria, Kolombia, Kenya, dan Qatar, dan banyak tempat lainnya. Amerika Serikat memiliki pangkalan di luar negeri dibandingkan semua bangsa, atau kerajaan dalam sejarah. ”
Presiden Brazilian Center for Solidarity and Struggle for Peace (Cebrapaz) Antonio Antonio Barretomengatakan , bahwa pangkalan militer di luar negeri menghadirkan ancaman bagi perdamaian global hingga perlu ditutup.
“Kami, para pendukung perdamaian, mendesak untuk menutup pangkalan militer asing. Diperlukan kampanye berskala besar saat ini karena kami berada di ambang konflik bersenjata besar di Semenanjung Korea yang dapat melihat penggunaan senjata nuklir. Kapal perang, kapal selam nuklir dan tentara AS sudah ada di sana. Mereka menimbulkan ancaman bagi China, semua negara di kawasan dan perdamaian di dunia,” katanya.
Antonio Barreto mengkritik Amerika Serikat karena telah melakukan kebijakan luar negeri intervensionis dan menginvestasikan jutaan dolar untuk membuat kehadiran militer di luar negeri.
“Pangkalan ini menghadirkan ancaman bagi kemanusiaan, Amerika telah mempromosikan imperialism. Saat ini, AS memiliki lebih dari 800 pangkalan militer di semua benua. Pemerintah Trump tidak bermaksud untuk mengurangi jumlah mereka, melainkan membangun yang baru seperti yang terlihat di Argentina, Kolombia dan negara-negara lain, terutama di Amerika Selatan, ” katanya dikutip Sputnik Minggu 7 Mei 2017.
Silvio Platero, presiden Gerakan Perdamaian Kuba, menyatakan bahwa tujuan mendasar dari seminar tahunan ini adalah untuk bertukar pengalaman dan gagasan mengenai isu-isu yang menjadi perhatian global, mengingat peningkatan basis militer di seluruh dunia, terutama di wilayah dimana sumber air dan wilayah pertambangan berada.
Baca juga: