Tiga negara yakni Rusia, Turki dan Iran sepakat untuk mendirikan zona de-eskalasi di sebagian besar wilayah yang dikuasai oposisi Suriah yang mulai berlaku Sabtu 6 Mei 2017.
Dalam kesepakatan yang diambil di Kazakhstan tersebut Rusia meminta agar pesawat militer, termasuk milik koalisi pimpinan Amerika Serikat tidak atau mengurangi terbang di atas wilayah aman tersebut.
Tetapi seperti yang sudah diduga sebelumnya Washington menolak mentah-mentah larangan tersebut. “Koalisi akan terus menyerang target ISIS di Suriah,” kata pejabat Kementerian Dalam Negeri Amerika kepada The Wall Street Journal Jumat 5 Mei 2017. “Kampanye untuk mengalahkan ISIS akan berlanjut dengan kecepatan yang sama seperti saat ini.”
Kesepakatan yang dibuat oleh Rusia, Turki dan Iran untuk mendirikan zona de-eskalasi merupakan upaya internasional terbaru untuk mengurangi kekerasan di negara yang dilanda perang tersebut. Kesepakatan ini juga akan menjadi yang pertama untuk memungkinkan pemantau asing bersenjata di tanah Suriah.
Amerika Serikat tidak terlibat pada kesepakatan tersebut dan oposisi Suriah juga menolak dengan mengatakan hal itu tidak memiliki legitimasi.
Beberapa daerah yang akan dijadikan wilayah aman adalah di Homs utara dan Hama. Namun daerah rinci belum jelas. Pejabat Rusia mengatakan setidaknya butuh sebulan lagi sampai rinciannya selesai dan daerah aman didirikan.
Jenderal Sergei Rudskoi dari Rusia mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat personil dari Rusia, Iran dan Turki akan mengoperasikan pos pemeriksaan dan pos pengamatan.
Dia mengatakan “sabuk pengaman” akan dibuat di sepanjang perbatasan zona “de-eskalasi” untuk mencegah insiden dan pertempuran antara pihak lawan. Pos pemeriksaan dan pos pengamatan akan memastikan pergerakan bebas warga sipil dan bantuan kemanusiaan yang tidak bersenjata dan akan memfasilitasi kegiatan ekonomi.
Baca juga: