Angkatan Bersenjata maupun Kementerian Pertahanan Norwegia mendapat tekanan berat karena menjual pesawat tempur F-5 bekas kepada miliarder asal Brazil Ross Perot Jr. Dalam laporan Office of the Auditor General (OAG) kedua pihak dinilai tidak memiliki kontrol memadai.
Pada 2015, perusahaan Northern General Leasing LCC (NGL) Amerika, milik Ross Perot Jr. diizinkan untuk membeli dua pesawat tempur bekas F-5 Norwegia dengan harga murah yakni masing-masing sebesar US$ 13,500 atau sekitar Rp179 juta yang jauh di bawah harga pasar.
Selanjutnya, pihak berwenang Norwegia juga tidak memiliki bukti bagaimana pesawat tempur bekas Norwegia tersebut digunakan.
“Baik Angkatan Bersenjata dan Kementerian Pertahanan memiliki kontrol internal yang tidak memadai mengenai proses penjualan pesawat tempur F-5, yang berlangsung dari tahun 1999 sampai 2015,” kata Kepala Auditor Per-Kristian Foss sebagaimana dilaporkan harian Norwegia Aftenposten Rabu 3 Mei 2017.
Sejauh ini, ada ketidakpastian tentang bagaimana miliarder itu bisa datang dan mendapatkan pesawat dengan harga seperti itu, karena tawaran pertama dari Angkatan Bersenjata adalah US$ 770.000 atau sekitar Rp10 miliar per pesawat.
Penjualan pesawat tersebut ditangani oleh Armed Forces Logistics Organization (FLO) yang sebelumnya juga menghadapi masalah dalam menjual kapal angkatan laut ke Nigeria dan operator terrain ke Sudan, yang menimbulkan kecurigaan adanya praktik korupsi.
“FLO tidak memiliki sistem yang memastikan bahwa dokumentasi penting diajukan dan menyatakan tidak ada alasan untuk keputusan yang diambil,” kata Per-Kristian Foss.
“Kontrol internal Angkatan Bersenjata terlalu buruk, dan Kementerian Pertahanan gagal mematuhi tanggung jawab secara keseluruhan,” tambahnya.
Badan auditor secara khusus menyoroti upaya untuk menjual pesawat F-5 ke Yunani pada tahun 2003. Menurut OAG, penjualan tersebut akan dilakukan melalui perusahaan Israel Aerospace Industries (IAI) yang merupakan pelanggaran terhadap pedoman nasional .
Dalam tanggapannya terhadap OAG, Menteri Pertahanan Ine Eriksen Søreide, mengakui bahwa dia tidak mengikuti temuan OAG. Dia tetap berpendapat bahwa laporan tersebut gagal menarik gambaran yang memadai tentang praktik Angkatan Bersenjata untuk membuang materi.
Dia juga tetap membenarkan penjualan pesawat di bawah harga pasar karena Norwegia telah berusaha melepaskan pesawat itu selama 15 tahun, dan satu-satunya alternatif yang realistis adalah menghancurkan pesawat terbang, yang menghabiskan banyak uang negara.
Selama bertahun-tahun, Norwegia telah mencoba untuk menyingkirkan 15 pesawat tempur F-5 yang dipensiun, yang juga dikenal sebagai Freedom Fighters. Menurut laporan OAG, 12 di antaranya disumbangkan ke sekolah dan museum, dan satu digunakan untuk pelatihan.
Henry Ross Perot Jr. adalah seorang pengembang real estat dan pengusaha Amerika. Dia dikenal sebagai putra sulung miliarder Amerika dan mantan calon presiden AS Ross Perot, dan juga telah mengelilingi dunia dengan helikopter pada usia 23 tahun.
Baca juga:
Pernah Dikalahkan F-5 Malaysia, Australia Usul AS Bangun F-22C dan F-22E