Pada 22 Juni 1941 Hitler memulai Operasi Barbarossa, invasi Nazi ke Uni Soviet yang kemudian menjadi salah satu ironi terbesar dalam sejarah. Adolf Hitler terobsesi menjadikan Rusia sebagai koloni Jerman dan orang-orang Rusia dijadikan budak. Sebaliknya, setengah dari Jerman justru diduduki oleh Tentara Merah.
Ketika empat juta tentara Nazi menyeberangi perbatasan Soviet pada dini hari tanggal 22 Juni 1941, mereka bermimpi melihat menara Kremlin. Sebaliknya mereka melepaskan rantai konsekuensi yang masih membentuk dunia saat ini.
Untuk mengklaim bahwa Rusia bukanlah kekuatan besar sebelum Hitler jelas konyol. Dengan wilayah yang luas, sumber daya dan populasi besar Rusia telah menjadi kekuatan kelas berat setidaknya sejak abad ke-18, raksasa yang cukup kuat untuk menghancurkan tentara Napoleon (yang juga berpikir Rusia akan mudah dimangsa).
Tetapi pada saat itu kekuatan besar lain bercokol. Pada akhir 1930-an, Amerika Serikat memiliki pasukan kecil dari Rumania. Inggris, yang kapal mereka saat ini tidak bisa berlayar di air hangat, memiliki seperempat dari permukaan bumi, dan memiliki angkatan laut yang paling kuat di dunia. Prancis dianggap memiliki tentara tanah yang paling kuat di Eropa Barat. Jerman telah menjadi kekuatan menakutkan bagi tetangganya sejak tahun 1870.
Dan kemudian ada Rusia, raksasa Komunis misterius yang hampir tidak bisa menaklukkan Finlandia kecil di 1939-1940. Hal ini menjadikan Hitler dan para jenderalnya percaya Rusia akan runtuh seperti rumah kartu. Bahkan para ahli Inggris dan Amerika tidak yakin Moskow bisa bertahan hidup menghadapi blitzkrieg Hitler. Namun bulan Mei 1945 Inggris pecah, Prancis hancur, dan Jerman menatap Rusia. Tetapi itu menjadi awal bagi Soviet atau Rusia kemudian justru muncul menjadi satu dari dua negara adidaya di dunia selama lebih dari 40 tahun.
Tanpa Hitler memulai perang, Uni Soviet tidak akan pernah bisa merebut kerajaan Eropa. Inggris dan Prancis tidak berdaya. Sebuah kelompok besar dari tentara Jerman dalam Operasi Barbarossa datang dari Axis sekutu yang bodoh dengan bergabung ke Hitler termasuk Rumania, Hungaria, Bulgaria dan Finlandia. Menaklukkan Rumania, Hungaria dan Bulgaria menjadikan bayonet Tentara Merah menginstal rezim komunis di negara-negaraPolandia dan Cekoslovakia.
Jika Jerman tidak menyerang Soviet, maka perbatasan Rusia hari ini juga akan terlihat berbeda. Hitler dan Stalin menentukan nasib Polandia pada tahun 1939, dan setelah perang Uni Soviet menganeksasi sebagian besar wilayah Polandia pada tahun 1939, dengan “kompensasi” Polandia menjadi wilayah Jerman. Daerah ini tidak akan pernah berpindah tangan kalau bukan karena perang, sementara Prusia Timur akan menjadi bagian dari Jerman saat ini bukan Rusia. Itu jika Hitler tidak memulai perang ke Soviet.
Memang benar Operasi Barbarossa menghancurkan industri dan sumber daya alam dari Rusia dan Ukraina. Soviet pasca perang Jerman. mendorong Stalin untuk melakukan industrialisasi di tahun 1930-an menjadikan eknonomi Soviet tumbuh pada tingkat yang luar biasa, dan mengubah Uni Soviet dari kekaisaran petani menjadi kekuatan industri utama yang mampu menghasilkan senjata yang cukup untuk mengalahkan panzer Hitler. Pada 1939, dunia sangat multipolar, dengan beberapa negara bersaing untuk kekuasaan. Tetapi pada tahun 1945, hanya tinggal dua negara adidaya: Amerika dan Uni Soviet. Pesaing lainnya dihancurkan atau kelelahan.
Dan itu adalah warisan terbesar yang ditinggalkan Hitler untuk Rusia. Rusia di bawah Putin saat ini memiliki sebuah bayangan dari kekuatan militer dan pengaruh global dari Uni Soviet. Tapi membandingkan kekuatan militer dan pengaruh Inggris, Perancis dan Jerman saat itu dengan apa yang mereka nikmati pada tahun 1939, Rusia tampaknya tidak dalam kondisi buruk.
Moskow masih bisa mempertahankan ekspedisi pasukan selama berbulan-bulan di Suriah, sementara NATO hampir tidak bisa mengerahkan sumber daya yang cukup untuk mengatasi kekuatan seperti Gaddafi Libya pada 2011.