Sebuah roket SpaceX Falcon 9 terbang dari Florida pada hari Senin 1 Mei 2017, membawa satelit pertama milik militer Amerika Serikat. Penerbangan ini sebagai keberhasilan mendobrak monopoli 10 tahun yang dipegang oleh Lockheed Martin dan Boeing.
Roket setinggi 23 lantai itu lepas landas dari landasan peluncurannya di Kennedy Space Center pukul 07:15 pagi waktu setempat.
Roket ini akan menempatkan satelit rahasia untuk Kantor Pengintai Nasional AS, sebuah badan di bawah Departemen Pertahanan yang mengoperasikan satelit mata-mata negara tersebut.
Sembilan menit setelah lepas landas, bagian utama roket tersebut mendarat di landasan pendaratan di Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral, tepat di sebelah selatan spaceport NASA.
Bulan lalu, Space Exploration Technologies Corp meluncurkan roket pendorong yang dipulihkan untuk misi kedua, sebuah langkah kunci dalam perusahaan milik Elon Musk untuk mengurangi biaya peluncuran.
Musk berjuang selama bertahun-tahun untuk mematahkan monopoli bisnis peluncuran militer yang diselenggarakan oleh United Launch Alliance, sebuah kemitraan antara Lockheed Martin dan Boeing.
SpaceX menggugat Angkatan Udara AS pada tahun 2014 atas kontrak bernilai miliaran dolar yang diberikan eksklusif pada United Launch Alliance. Perusahaan tersebut kemudian menjatuhkan tuntutan tersebut setelah militer setuju untuk membuka lebih banyak lagi kontak peluncuran dengan penawaran yang kompetitif.
SpaceX telah memenangkan dua kontrak peluncuran dari Angkatan Udara untuk mengirimkan satelit Global Positioning System pada tahun 2018 dan 2019.
Peluncuran Senin adalah misi ke 34 untuk SpaceX dan yang kelima dari lebih dari 20 penerbangan yang direncanakan untuk tahun ini.
Perusahaan milik swasta, yang berbasis di Hawthorne, California, memiliki jaminan lebih dari 70 misi, bernilai sekitar US$ 10 miliar.