Su-25 Frogfoot, dikenal sebagai Grach atau “Rook” oleh pilot Rusia, adalah salah satu pesawat yang jelas tidak mungkin berada di ujung tombak teknologi, alias tidak memiliki teknologi paling canggih. Tetapi pesawat ini masih tetap terbang di seluruh dunia karena menawarkan efektifitas dan solusi luar biasa untuk menyerang target di darat.
Pesawat ini sangat sejajar dengan A-10 Thunderbolt II Amerika. Tapi Angkatan Udara AS sudah ingin pensiun A-10 awal tahun 2022, sementara Su-25 sedang mengalami upgrade yang luas untuk menjaga pesawat tetap terbang dalam waktu yang lebih lama.
Juga seperti Thunderbolt, pesawat telah disebarkan ke seluruh dunia dan melihat aksi di lebih dari selusin perang, termasuk dalam kampanye udara di atas Suriah, Irak dan Ukraina.
Bukan hanya Su-25 milik Rusia yang memiliki banyak pengalaman perang, pesawat dari berbagai negara pun juga memiliki jam terbang tinggi.
Selama Perang Dunia II, pesawat serang lapis baja Il-2 Sturmovik Rusia, dijuluki “Flying Tanks,” atau “Terbang Tank,” karena kemampuan mereka untuk menghancurkan divisi Panzer Jerman dengan bom, roket dan tembakan meriam.
Berbeda dengan Angkatan Udara AS pada tahun 1960, yang terpikat dengan konsep perang nuklir dengan pembom strategis, layanan udara Soviet, lebih menekankan pada misi mendukung tentara darat. Namun, tidak ada pengganti yang layak untuk Shturmovik segera setelah Perang Dunia II
Pada tahun 1968, layanan udara Rusia memutuskan sudah waktunya untuk membangun tank terbang yang lebih baik. Setelah kompetisi tiga arah, prototipe disampaikan oleh Sukhoi terpilih dan yang Su-25 pertama memasuki produksi pada tahun 1978 di sebuah pabrik di Tbilisi, Georgia. Kebetulan, A-10 Thunderbolt Amerika mulai masuk layanan beberapa tahun sebelumnya.
Seperti A-10, Su-25 adalah buauh dari perang dingin antara NATO dan Pakta Warsawa yang membangun upaya untuk menghancurkan pasukan darat lawan jika terjadi perang. Pesawat ini ditugaskan untuk Close Air Support atau melindungi pasukan infanteri. Ini berarti pesawat harus mampu terbang rendah dan lambat tetapi harus tangguh untuk menghindari atau melawan tembakan darat lawan.
Terbang rendah memang membantu Su-25 untuk menghindari semua SAM jarak jauh yang telah aktif dalam medan perang Eropa. Namun, pesawat ini akan rentan dengan semua jenis senjata antipesawat.
Dengan demikian, pilot Su-25 harus dilindungi “lapis baja” dengan tebal sepuluh hingga 25 milimeter yang melingungi kokpit. Pesawat juga menggunakan tangki bahan bakar lapis baja dan skema kontrol tangguh untuk meningkatkan kemungkinan bertahan dari tembakan. Dan dalam karir tempur mereka yang luas, Su-25 telah terbukti bertahan dari tembakan yang buruk.
Meskipun memiliki sejumlah kesamaan dengan A-10, Su-25 lebih kecil dan lebih ringan, dan memiliki kecepatan maksimum 50 persen lebih cepat dari Thunderbolt yakni 600 mil per jam.
Namun, Frogfoot memiliki jangkauan lebih pendek dan berkeliaran waktu yang lebih singkat. Su-25 juga hanya dapat beroperasi pada setengah ketinggian Warthog, dan memiliki beban maksimum amunisi lebih ringan hingga 8.000 pon, dibandingkan dengan 16.000 pada Thunderbolt.