Kapal Selam Korea Utara, Ancaman Besar atau Lelucon Besar?

Kapal Selam Korea Utara, Ancaman Besar atau Lelucon Besar?

Korea memiliki tradisi panjang dalam hal kekuatan Angkatan Laut, meski merupakan “udang” antara dua “paus” yakni China dan Jepang.  Namun, pembagian Korea menjadi dua negara pada tahun 1945 kemudian mengarahkan Korea Utara  membangun Angkatan Darat menjadi paling besar, dan memerintahkan angkatan laut untuk  operasi khusus.

Sekarang, di abad ke-21  angkatan laut negara tersebut ditetapkan sebagai kekuatan nuklir yang substansial.

Angkatan Laut Korea Utara diyakini memiliki sekitar 60.000 personel yang ada di Angkatan Laut atau  kurang dari sepersepuluh dari kekuatan Angkatan Darat.

Sejumlah besar pelaut  bertugas di armada kapal selam, yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Pada tahun 2001, analis Korea Utara Joseph Bermudez memperkirakan bahwa Angkatan Laut Korea Utara mengoperasikan antara 52-70 kapal selam diesel.

Mereka terdiri dari empat kapal selam kelas Whisky yang dipasok oleh Uni Soviet dan sampai 77 kapal selam kelas Romeo yang disediakan oleh China. Tujuh kapal selam Kelas Romeo dikirim dalam bentuk jadi, sementara sisanya dikirim dalam bentuk kit.

Setiap Romeo memiliki bobot 1.830 ton saat terendam, kecepatan tertinggi 13 knot dan dioperasikan oleh 54 awak. Kapal selam Romeo dipersenjatai dengan delapan tabung torpedo berdiameter 533 milimeter, dua menghadap ke belakang.

Kapal selam Korea Utara umumnya dianggap usang. Pada tahun 2015, Pentagon percaya bahwa Korea Utara memiliki 70 kapal selam dengan jenis yang tidak diketahui. Laporan  mengenai tenggelamnya korvet Korea Selatan Cheonan menyatakan bahwa Angkatan Laut Korea Utara mengoperasikan 20 kapal selam kelas Romeo, tujuh kapal selam kelas Man-O (“Shark”), dan 10 kapal selam cebol  kelas Yono.

Kelas kapal selam Kelas Si-O berukuran sekitar 111 kaki dan lebarnya 12 kaki dengan bobot perpindaahn 275 ton. Kapal dapat berjalan 7,2 knot saat dipermukaan dan  8,8 knot saat terendam. Ada dua versi, satu dengan tabung torpedo dan satu lagi tabung torpedo yang diganti dengan ruang lockout untuk para penyelam. Yang terakhir dikelola oleh Angkatan Laut korea namun dioperasikan oleh Biro Pengintai Departemen Maritim.

Versi yang lebih baik, yang dikenal secara informal sebagai Sang-O II, berukuran 131 kaki, dengan bobot antara 350 dan 400 ton, dan dilaporkan memiliki kecepatan tertinggi 13 knot. Varian bersenjata diyakini mampu membawa, selain torpedo, ranjau laut, sementara versi Biro Pengintai membawa antara 35 dan 40 penumpang dan awak kapal.

Akhirnya, Korea Utara memiliki sekitar 10 kapal selam cebol kelas Yono (SSm). Kapal berasal dari desain Iran, kelas Yono dengan bobot  130 ton ketika terendam. Kapal membawa  dua tabung torpedo 533 milimeter dan sekitar 20 awak. Kecepatan kapal diperkirakan hanya sekitar 4 knot saat terendam.

Next: Kerap Bikin Insiden Internasional