Siluman Atau Rudal Jelajah, Pilihan Terbaik Mana untuk Menyerang Suriah?

Siluman Atau Rudal Jelajah, Pilihan Terbaik Mana untuk Menyerang Suriah?

Skenario terbaik jika Amerika akan meneruskan serangan ke Suriah terus menjadi bahan diskusi yang menarik. Perdebatan berkisar pada senjata apa yang paling baik digunakan.

Pentagon memang memiliki banyak senjata canggih. Tetapi keberadaan sistem rudal pertahanan Rusia yakni S-300 dan S-400 di Suriah, sepertinya menyempitkan pilihan Pentagon.  Apa yang lebih baik digunakan, mengirim pesawat siluman atau menggunakn rudal jelajah?

Angkatan Udara Amerika menilai menggunakan pesawat siluman menjadi cara paling mungkin untuk melumpuhkan S-300 dan S-400. Namun, para pejabat angkatan laut memiliki pandangan berbeda. Di mata mereka, siluman bukan merupakan kebutuhan mutlak untuk mengalahkan sistem rudal permukaan ke udara (SAM) generasi terbaru Rusia.  Kombinasi rudal dan  peperangan elektronik dinilai dapat menghasilkan hasil yang sama dengan biaya yang lebih murah.

Tomahawk

“Beberapa cara untuk memecahkan kacang ini. Tentu, Anda bisa menggunakan siluman untuk masuk dan keluar,  tapi kenapa?” kata seorang penerbang senior Angkatan Laut Amerika yang memiliki jam terbang tinggi dengan Boeing F / A-18E / F Super Hornet kepada The National Interest, Rabu 12 April 2017.

“Saya lebih suka melakukan serangan di situs SAM  untuk membuat koridor agar aset penerbangan mengalir  ke dalam dan luar wilayah. Lebih permisif dan menyediakan kebebasan yang lebih besar untuk beroperasi.”

“Rudal jelajah seperti Tomahawk dan JASSM [Joint Air-to-Surface Standoff Missile] mungkin akan digunakan untuk mengejutkan S-400 dan S-300V4,” kata analis kekuatan udara Mark Guzinger,  mantan pilot bomber B-52 dan peneliti senior di Pusat Strategis dan Penilaian Anggaran kepada The National Interest.

“Mungkin ada sedikit kebutuhan untuk menggunakan pesawat berawak melawan ancaman ini, terutama ketika ada pilihan lain untuk menekan mereka. Saya juga menyarankan bahwa gelombang awal serangan seerangan diluncurkan oleh pembom Amerika yang beroperasi dari pangkalan CONUS.”

Tetapi berdasarkan pengalaman serangan rudal jelajah sering menjadi senjata pilihan pada tahap awal konflik. Selama Operasi Odyssey Dawn di 2011, ketika Amerika Serikat dan NATO melancarkan serangan udara untuk menggulingkan Muammar Gaddafi, kapal selam Kelas Ohio yang dimodifikasi menjadi kapal selam serang USS Florida (SSGN-728) meluncurkan 93 rudal jelajah Tomahawk untuk menghancurkan pertahanan udara Libya, komando dan kontrol serta sasaran strategis lainnya untuk membersihkan jalan bagi kekuatan udara sekutu masuk melakukan serangan.

Sementara Angkatan Udara Amerika melakukan serangan dengan mengerahkan pembom siluman Northrop Grumman B-2 Spirit selama kampanye 2011.  F-22 Raptor kala itu tidak dikirim ke medan perang.

Meskipun kala itu satu skuadron pesawat tempur siluman sedang lewat Eropa dalam perjalanan pulang dari Timur Tengah, Angkatan Udara tidak menugaskan mereka  untuk mendukung kampanye melawan Gaddafi.  Apa alasan kenapa Raptor waktu itu tidak digunakan, masih tidak jelas hingga sekarang.

Angkatan Udara juga tidak pernah memberi penjelasan yang baik tentang hal itu kecuali mengatakan F-22 bukan pesawat multirole.

Jika menggunakan rudal jelajah akan efektif dan lebih murah, kenapa Angkatan Udara tetap ngotot menyebut penggunaan pesawat siluman adalah pilihan terbaik? Hal itu kemungkinan besar karena memang perbedaan mendasar dalam filsafat antara layanan.

“Mereka harus membuktikan bahwa peralatan mahal itu mampu!” kata pilot Super Hornet dengan setengah bercanda.