Suriah telah menjadi salah satu medan paling brutal abad ke-21. Negara yang memiliki sejarah dan kebudayaan tinggi tersebut kini menjadi compang-camping karena perang yang sangat rumit. Ada banyak pemain dalam medan pertempuran.
Satu sisi ada pasukan Suriah yang terus memburu dan menggempur para pemberontak yang ingin rezim Bashar Assad turun takhta. Di sisi lain, tentara Suriah juga harus melawan serangan dari ISIS. Di bagian lain lagi, kelompok bersenjata yang lain juga berperang melawan ISIS.
Kekuatan asing juga turun di negara tersebut. Rusia dan Iran berada di balik kekuatan pemerintah Suriah, sementara koalisi pimpinan Amerika yang terdiri tidak kurang dari 60 negara terus membombardir sejumlah target ISIS di Suriah.
Perang semakin meluas ketika Amerika Serikat untuk pertama kalinya melakukan serangan terbuka dengan target lapangan terbang milik Angkatan Udara Suriah. Amerika tidak tedeng aling-aling telah menyatakan perang terbuka dengan negara tersebut. Sejumlah negara seperti Inggris, Jepang dan Turki menyatakan mendukung serangan dengan menggunakan 59 rudal Tomahawk tersebut.
Ratusan ribu orang telah meninggal dengan sebagian besar adalah warga sipil, namun tidak ada tanda-tanda perang akan berakhir. Pertumpahan darah dan pembantaian di negara tersebut masih ada dalam lorong gelap dan setitik sinar di ujung lorong itu sama sekali tidak terlihat.
Merunut dari awal, perang brutal di Suriah dimulai dari hal sepele yang kemudian berkembang menjadi aksi demo dan seterusnya pecah menjadi perang saudara. Berikut time line perang di Suriah sejak awal hingga sekarang.
Maret 2011
Protes meletus di kota Daraa ketika pasukan keamanan Suriah menahan sekelompok anak laki-laki yang dituduh membuat lukisan grafiti anti-pemerintah di dinding sekolah mereka.
Pada tanggal 15 Maret, protes diadakan di Damaskus Old City. Selanjutnya pada tanggal 18 Maret, pasukan keamanan merespons protes dengan menembaki peserta unjuk rasa di Daraa, menewaskan empat orang yang dianggap sebagai kematian pertama pemberontakan. Demonstrasi menyebar, demikian juga tindakan keras pasukan Presiden Bashar Assad.
April 2011
Pasukan keamanan suriah merazia penduduk di kota terbesar ketiga Suriah, Homs, di mana ribuan orang mencoba untuk menciptakan suasana mirip Tahrir Square Kairo, pusat protes terhadap otokrat Mesir Hosni Mubarak kala itu.
18 Agustus 2011
Presiden Barack Obama menyerukan Assad untuk mengundurkan diri mengeluarkan perintah agar aset pemerintah Suriah dibekukan.
Desember 2012-Maret 2013
Pertempuran menyebar ke Aleppo, kota terbesar dan bekas ibukota ekonomi Suriah. Kota ini benar-benar luluh lantak dengan puluhan ribu orang meninggal dunia dan jutaan orang mengungsi.
20 Agustus 2012
Obama mengatakan penggunaan senjata kimia akan menjadi “garis merah” yang akan mengubah kalkulus pada intervensi dalam perang sipil dan memiliki “konsekuensi yang sangat besar.”
19 Maret 2013
Pemerintah Suriah dan oposisi saling melempar tuduhan atas serangan gas yang menewaskan sekitar 26 orang, termasuk lebih dari selusin tentara pemerintah, di kota Khan al-Assal di Suriah utara. Sebuah penyelidikan PBB kemudian menemukan bahwa gas sarin saraf digunakan, tetapi tidak mengidentifikasi pelakunya.
21 Agustus 2013
Ratusan orang mati lemas di pinggiran kota yang dikuasai pemberontak dari ibukota Suriah, dengan banyak menderita kejang-kejang, pupil pinpoint, dan mulutnya berbusa. Peneliti PBB mengunjungi wilayah itu dan menentukan bahwa rudal darat ke darat sarat dengan sarin ditembakkan pada lingkungan sipil ketika warga tidur. Amerika dan sejumlah negara lain menyalahkan pemerintah Suriah.
31 Agustus 2013
Obama mengatakan dia akan pergi ke Kongres untuk meminta otorisasi melaksanakan serangan hukuman terhadap pemerintah Suriah, tetapi tidak mendapat dukungan yang diperlukan di legislatif.
27 September 2013
Dewan Keamanan PBB memerintahkan untuk menghancurkan persediaan senjata kimia, menyusul kesepakatan antara Washington dan Moskow yang mencegah serangan Amerika ke Suriah. Dewan Keamanan mengancam untuk mengizinkan penggunaan kekuatan jika Suriah tidak mentaati perintah ini.
14 Oktober 2013
Suriah menandatangani Konvensi Senjata Kimia yang melarang memproduksi, menimbun atau menggunakan senjata kimia.
23 Juni 2014
Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia mengatakan telah menghapus senjata kimia terakhir milik Suriah. Para pejabat oposisi Suriah meyakini pemerintah tidak sepenuhnya jujur dan masih menyembunyikan pasokan.
23 September 2014
Amerika meluncurkan serangan udara terhadap sasaran-sasaran kelompok ISIS di Suriah.
7 Agustus 2015
Dewan Keamanan PBB memberi kewenangan organisasi pelarangan senjata kimia untuk menyelidiki laporan dari senjata kimia digunakan di Suriah, ketika muncul laporan serangan gas klorin kembali terjadi dan dilakukan oleh pasukan pemerintah terhadap warga sipil di daerah oposisi. Gas klorin, meskipun tidak beracun tetapi sebagai agen saraf, dapat diklasifikasikan sebagai senjata kimia tergantung pada penggunaannya.
24 Agustus 2016
Panel OPCW-PBB menyimpulkan pemerintah Suriah dua kali menggunakan helikopter untuk menyebarkan gas klorin terhadap lawan-lawannya, di daerah-daerah sipil di provinsi Idlib utara. Sebuah laporan kemudian menegaskan pemerintah yang bertanggung jawab atas serangan ketiga. Serangan terjadi pada tahun 2014 dan 2015. Panel juga menemukan bahwa kelompok ISIS juga menggunakan gas mustard.
28 Februari 2017
Rusia, dan China memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang memberi otorisasi sanksi terhadap pemerintah Suriah untuk penggunaan senjata kimia.
4 April, 2017
Sedikitnya 58 orang tewas dalam serangan di kota Khan Sheikhoun provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak. Korban menunjukkan tanda-tanda sesak napas, kejang, mulut berbusa dan konstriksi pupil. Saksi mata mengatakan serangan itu dilakukan oleh pesawat Rusia atau Suriah. Moskow dan Damaskus menyangkalnya.
4 April, 2017
Presiden Donald Trump mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa serangan di Idlib sebagai tindakan keji.
5 April 2017
Trump mengatakan pemerintah Assad telah “melewati banyak garis” dengan serangan kimia di Suriah.
6 April 2017
Amerika menggempur lapangan udara Suriah di dekat Homs dengan 59 rudal Tomahwak yang diluncurkan dari dua kapal Angkatan Laut Amerika yakni USS Porter dan USS Rose di Laut Mediterania. Serangan mengakibatkan lapangan udara tersebut hancur dan 20 pesawat milik Suriah juga remuk.