Sebuah bocoran informasi mengatakan Gedung Putih di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump tengah menyiapkan paket penjualan senjata baru ke Taiwan. Yang mengejutkan, jet tempur siluman F-35 dipertimbangkan untuk dijual ke wilayah yang oleh Beijing masih tetap diakui sebagai bagian dari China.
China dan Taiwan menjadi salah satu hot spot konflik di dunia yang bisa mengarah ke perang. Tanpa harus membahas rinci tentang skenario perang jika kedua negara terlibat dalam konflik militer, maka sebenarnya pilihan untuk menjual F-35 ke Taiwan adalah sebuah keputusan yang diragukan keefektifannya.
Sedikitnya ada dua alasan kenapa bisa demikian. Pertama, jet ini akan terllau mahal untuk Taiwan yang memiliki anggaran pertahanan tidak terlalu gemuk. Kedua, dan ini menjadi paling krusial, F-35 Taiwan akan menjadi sangat rentan dengan serangann China. Pesawat ini bahkan mungkin sudah hancur sebelum bisa terbang karena serangan rudal balistik ke pangkalan pesawat.
Taiwan saat ini memiliki sekitar 320 pesawat operasional, termasuk jet tempur F-CK yang dirancang dan diproduksi di dalam negeri. Selain itu mereka diperkuat dengan Mirage 2000-5, dan F-16. Jika Angkatan Udara Taiwan pada akhirnya memutuskan untuk pengadaan F-35, kemungkinan besar mereka akan memmilih varian F-35B yang mampu lepas landas pendek dan mendarat vertikal sehingga pesawat bisa tetap beroperasi dari landasan yang rusak.
Masuknya pesawat ini kemungkinan akan menjadikan Taiwan mempensiun sebagian besar armada yang mereka miliki, karena untuk memenuhi anggaran operasional Lightening II.
Dengan kemampuan ekonomi, akan realistis Taiwan mampu membeli 150 jet tempur F-35A dan 60 F-35B. Taiwan diperkirakan menghabiskan sekitar US$ 25 miliar dalam 20 tahun ke depan untuk menjaga dan merombak armada pesawat tempur.
Dengan anggaran pertahanan tahunan US$ 10-11 miliar dalam armada tempur merupakan beban keuangan yang cukup besar. Menurut perkiraan Diplomat, pengadaan 50-60 armada F-35B dari Amerika Serikat akan membutuhkan dana sekitar US$ 9-12 miliar tidak termasuk pengeluaran operasional. Dengan asumsi bahwa belanja pertahanan Taiwan tidak akan meningkat secara substansial di tahun-tahun mendatang, ini akan meninggalkan sangat sedikit sumber daya keuangan untuk berinvestasi ke dalam kemampuan asimetris seperti sistem rudal pertahanan udara baru.
Masalahnya adalah, tanpa penambahan sistem pertahanan permukaan ke udara (SAM) baru maka akan menjadi masalah serius. Taiwan saat ini memiliki sekitar 31 sistem pertahanan udara jarak menengah dan jarak jauh, termasuk Patriot PAC-3, sistem pertahanan udara menengah I-HAWK, dan SAM anti-rudal balistik TK I / II / III Sky Blow.
Dengan hanya kekuatan ini Komando Pertahanan Rudal Taiwan akan sulit untuk membendung sekitar 1.100 hingga 1.300 rudal balistik Angkatan Darat Pembebasan Rakyat China, ratusan rudal jelajah, peluncur roket, dan 600 pesawat PLAAF kemungkinan akan membuat Taiwan benar-benar kewalahan dan akhirnya akan sulit mempertahankan langit mereka.
Ketidakmampuan Taiwan untuk menangkis serangan udara berarti bahwa landasan pacu akan relatif cepat dihancurkan oleh rudal balistik dilengkapi dengan amunisi yang mampu menembus bangunan beton, termasuk landasan pacu, hangar, dan sejenisnya.
Bahkan jika beberapa F-35 masih bisa bertahan hidup dalam serangan awal ini, pesawat cepat akan tidak bisa terbang karena hancurnya infrastruktur. Dan ketika beberapa F-35 berhasil lepas landas maka jumlahnya tidak akan maksimal dan akan sulit melawan kekuatan udara China.
Bahkan dengan skenario seperti ini, jangankan Taiwan, Amerika Serikat pun akan sangat kesulitan untuk melakukannya. Pangkalan militer mereka yang dekat dengan China dan Taiwan seperti di Jepang dan Korea Selatan, akan terjangkau oleh rudal China. Jika mereka harus beroprasi dari Guam, maka akan sangat berpengaruh pada kemampuan lama terbang di udara. Itupun jika Guam tidak dihancurkan oleh rudal China.
Beroperasi dari kapal induk juga bukan pilihan aman karena kapal induk tidak bisa terlalu jauh dari titik serang mengingat keterbatasan bahan bakar. Kapal inipun bisa diserang dengan rudal China. Mengisi bahan bakar di udara juga rumit mengingat akan berada di bawah ancaman serangan baik oleh rudal darat maupun oleh pesawat tempur China. Jadi apakah F-35 menjadi pilihan yang masuk akal untuk dijual ke Taiwan?