Serangan Senjata Kimia di Suriah, Rusia Tuduh Pemberontak, Amerika Tuduh Assad
Korban serangan udara di Idlib Suriah

Serangan Senjata Kimia di Suriah, Rusia Tuduh Pemberontak, Amerika Tuduh Assad

Serangan udara yang diduga menggunakan senjata kimia di Suriah memunculkan sikap saling tuduh antara Rusia dan Amerika. Washington menyebut tindakan ini menunjukkan bahwa Presiden Bashar al-Assad bertindak dengan “kejam dan tidak beradab”. Sementara Rusia menuding senjata itu digunakan para pemberontak.

Amerika juga meminta Rusia dan Iran memastikan bahwa peristiwa itu tidak terjadi lagi. “Pembela dan pendukung Assad, termasuk Rusia dan Iran, seharusnya tidak membenarkan keyakinan dan niat kelirunya itu,” kata Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson Selasa 4 April 2017.

“Setiap penggunaan senjata kimia untuk menyerang rakyatnya menunjukkan sikap ketidakpedulian mendasar terhadap manusia dan harus bertanggung jawab,” tambahnya.

Sementara Kementerian Pertahanan Rusia, Rabu, mengatakan bahwa cemaran gas beracun di kota Khan Sheikhoun, Suriah, adalah hasil dari kebocoran gas di gudang senjata kimia pemberontak setelah ditembak dalam serangan udara pemerintah Suriah.

“Kemarin, sejak pukul 11:30 hingga 12:30, pesawat Suriah menyerang gudang besar peluru teroris dan tempat penyimpanan perangkat keras militer di pinggiran timur Khan Sheikhoun,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konoshenkov dalam pernyataan, yang diunggah di YouTube. “Di wilayah itu ada tempat kerja, yang membuat peluru untuk perang kimia,” katanya.

Dia mengatakan amunisi kimia telah digunakan oleh pemberontak di Aleppo tahun lalu. “Gejala korban keracunan di Khan Sheikhoun yang ditampilkan pada video dalam jaringan sosial sama seperti yang dialami oleh mereka di musim gugur tahun sebelumnya di Aleppo,” kata Konoshenkov.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Suriah menyatakan militer Suriah tak memiliki senjata kimia jenis apapun. Kementerian tersebut di dalam satu pernyataan mengecam sebagai laporan sama sekali tak berdasar yang menuduh Angkatan Udara Suriah melancarkan serangan gas beracun terhadap Kota Kecil Khan Sheikhoun.

Pengamat Suriah bagi Hak Asasi Manusia menyatakan 58 orang tewas dan puluhan orang lagi cedera akibat serangan itu. Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad mengatakan kepada stasiun TV pan-Arab Al-Mayadeen bahwa gerilyawan yang didukung oleh Prancis, Inggris, Turki dan Arab Saudi lah yang melancarkan serangan kimia di Khan Sheikhoun.

Ia juga mengatakan negaranya telah memenuhi semua komitmennya sebagai diatur oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).

Serangan pada Selasa bukan yang pertama dilaporkan di Suriah, sebab serangan senjata kimia dikatakan telah terjadi di beberapa daerah di Suriah dalam beberapa tahun belakangan, sementara Pemerintah Damaskus dan gerilyawan saling melempar tuduhan.

Sebanyak 1.400 orang tewas ketika beberapa daerah yang dikuasai gerilyawan di pinggir Ibu Kota Suriah, Damaskus, diserang oleh roket yang berisi bahan kimia sarin pada 21 Agustus 2013. Oposisi dan pemerintah juga saling melempar tuduhan.

Pada tahun sama, serangan bahan kimi terjadi di Kota Kecil Khan Al-Asal, yang dikuasai pemerintah, di pinggir Aleppo. Dalam serangan tersebut, beberapa prajurit Suriah dan warga sipil tewas atau menderita sesak nafas. Pemerintah menuduh gerilyawan, yang, pada gilirannya, membantah tuduhan itu.

Baca juga:

5 Senjata ini Jangan Pernah Digunakan