Kamboja memutuskan untuk menendang Angkatan Laut Amerika dari wilayahnya. Mobile Construction Battalion US Navy dipaksa meninggalkan Kamboja setelah negara Asia Tenggara membatalkan program Seabees yang mengakhiri sekitar 20 proyek bantuan yang direncanakan Amerika untuk negara tersebut.
“Pekan lalu, Pemerintah Kerajaan Kamboja memberi Kedutaan Besar keputusannya untuk menunda tanpa batas waktu program Seabees,” tulis Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kamboja di pada halaman Facebook-nya, Senin 1 April 2017 sebagaimana dikutip dailycaller.com Rabu 4 April 2017. “Kami sedih melihat Seabees pergi, tapi bangga dengan prestasi mereka selama sembilan tahun terakhir.”
Dilaporkan Reuters, langkah tiba-tiba bisa jadi merupakan efek samping dari hubungan yang lebih kuat antara Kamboja dan China. Perdana Menteri Kamboja Hun Sen secara umum dipandang positif oleh Presiden Donald Trump, tapi hubungan AS-Kamboja telah menghadapi tantangan, terutama karena kritik masa lalu Amerika dalam menanggapi pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi di Kamboja, serta pemberhentian janji Amerika ke pemerintah Kamboja untuk menghapus utan US$ 500 juta.
Di sisi lain hubungan Beijing dan Phnom Penh semakin kuat. Cina dan Kamboja telah meningkatkan kerja sama bilateral di bidang ekonomi dan militer. Salah satunya dengan konstruksi stadion olah raga baru senilai US$ 157 juta di Kamboja yang mulai dibangun Senin 2 April.
Proyek, yang didanai oleh China, akan digunakan untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Asia Tenggara pada 2023. China juga berinvestasi dalam program lokal lainnya.
China dan Kamboja juga melakukan latihan angkatan laut bersama untuk pertama kalinya tahun lalu. China telah melatih pasukan militer Kamboja dan melengkapi Kamboja dengan senjata dan kendaraan militer.
Kamboja membatalkan latihan bersama bersama dengan Amerika pada bulan Januari. Pemerintah mengatakan pembatalan ini hanya karena masalah penjadwalan, bukan karena hubungan mereka lebih dekat dengan China.
Tidak jelas mengapa pemerintah Kamboja mengakhiri program Seabees. Namun, meningkatnya pengaruh China di kawasan itu bisa menjadi alasan yang paling mungkin di tengah hubungan yang semakin panas antara Amerika dan China.