Rusia mengerahkan jet pencegat supersonik MiG-31 dan MiG-31BM untuk mengambil bagian dalam latihan skala besar minggu ini yang digelar Distrik Militer Timur. Sebuah respons jelas terhadap peningkatan aktivitas military Amerika Serikat di Asia Pasifik.
Pada Senin 3 April 2017, pesawat pencegat supersonik MiG-31 dan MiG-31BM mengambil bagian dalam latihan perang besar-besaran di Distrik Militer Timur Rusia,
Kantor berita RIA Novosti mengutip layanan pers Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa MiG-31BM tidak hanya mampu melawan pesawat musuh, tetapi juga menangani rudal jelajah dan rudal balistik pada ketinggian apapun.
“Jadi pencegat MiG-31 menjadi bagian utama dari sistem pertahanan rudal Rusia di Timur Jauh di tengah meningkatnya aktivitas militer AS di Asia-Pasifik,” tulis RIA Novosti.
Sementara itu, Vasily Kashin dari Institute for Far Eastern Studies of the Russian Academy of Sciences yang berbasis di Moskow mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Sputnik bahwa penumpukan Armada Pasifik Rusia dan penerbangan pertahanan udara untuk menanggapi Amerika Serikat yang semakin aktivitas gigih, tidak hanya di Asia-Pasifik, tetapi juga di Eropa.
“Situasi di Timur Jauh adalah refleksi dari apa yang sedang terjadi di Eropa, di mana NATO secara aktif membangun kehadiran militernya di dekat perbatasan Rusia. Dalam lapisan ini, kedua perbatasan Rusia timur dan barat menghadapi ancaman yang sama,” Kashin kata.
Dia menggambarkan MiG-31 sebagai pesawat yang agak khusus yang bertugas mencegat pesawat dan rudal jelajah musuh pada rentang jauh. “Potensi konflik antara Rusia dan Amerika di Eropa bisa sangat cepat menyebabkan eskalasi yang tidak sinkron dengan rencana Washington,” katanya.
Di sisi lain, Pentagon merasakan Timur Jauh Rusia sebagai daerah yang kurang dilindungi, yang dalam pikiran Pentagon dapat memunculkan bahaya.
“Saya ingin menekankan bahwa sekarang perang antara Rusia dan AS di Timur Jauh tidak mungkin, paling tidak karena Moskow terus meningkatkan hubungan dengan Korea Selatan dan Jepang. Namun, jenderal dan laksamana Amerika sedang mempertimbangkan apapun, bahkan hipotetis, kemungkinan perang Amerika dengan Rusia di wilayah ini, yang berarti bahwa Moskow, pada gilirannya, harus bekerja mempersiapkan semua opsi pembalasan,” kata Kashin.
Sejak awal tahun, kehadiran Angkatan Laut AS di kawasan Asia-Pasifik telah meningkat secara signifikan. Pada 18 Februari 2017, sebuah kelompok tempur kapal induk angkatan laut Amerika yang dipimpin oleh USS Carl Vinson memasuki Laut China Selatan.
Sejak itu, pelaut Amerika melakukan latihan militer dengan Korea Selatan dan Jepang hampir setiap minggu.