Sejumlah pesawat militer, pesawat tanpa awak, dan pesawat asing disebut kerap melintas di wilayah alur laut kepulauan Indonesia II. Seperti di Laut Sulawesi, Selat Makassar, Laut Flores, dan Selat Lombok. Mayoritas pesawat tersebut berasal dari Australia dan Amerika Serikat.
Hal ini dibenarkan Mayor Pnb Setyo Budi saat ditanya wartawan di Skadron Udara (Skadud) 11 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, Kamis 30 Maret 2017. Skadud 11 merupakan home base 16 pesawat tempur Sukhoi tipe 27 SK dan 30 MK.
“Selain itu, kita juga sering melakukan operasi hingga ke Kupang, Jayapura, dan Tarakan. Seluruh pesawat yang melanggar batas udara itu biasanya memanfaatkan daerah yang tidak terdeteksi radar,” ujar Setyo, sebagaimana dilaporkan Metrotvnews.com Kamis 30 Maret 2017. Hal itu disampaikan Setyo di sela-sela press tour ke pangkalan tersebut.
Setyo yang juga pilot Sukhoi mengakui sejauh ini ada empat unit Sukhoi yang statusnya dalam perawatan. Sisanya tetap beroperasi seperti biasa. Meski demikian, minimnya armada tersebut dinilai tidak menghambat tugas pengamanan wilayah perairan dan udara.
Pengamanan wilayah pun diperkuat dengan pelibatan pesawat pengintai yang berada di Skadron Udara 5/Intai Strategis. Di sana ada 4 pesawat jenis Boeing 737-200 dan 1 unit CN 235 MPA buatan PT Dirgantara Indonesia (DI).
Selain mengintai, armada di Skadud 5 diberi mandat untuk melaksanakan operasi SAR serta mengambil foto udara dari jarak 35 ribu kaki, khususnya terhadap sejumlah kapal asing ilegal yang melintas di perairan Indonesia.
“Pelanggaran biasanya merata, tetapi paling banyak di Selat Malaka. Karena wilayah itu berbatasan dengan Singapura dan Malaysia. Kapal asing itu kita foto dan informasinya diteruskan ke pihak berwenang,” kata Komandan Skadron Udara 5 Letkol Pnb Akal Juang.
Di lokasi ini TNI AU juga selalu memonitor pergerakan pesawat dan objek bergerak menggunakan radar jarak pendek atau sensor unit buatan Swiss. Tugas pemantauan itu berada di bawah kendali Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) 472, Komando Korps Pasukan Khas.
Komandan Denhanud 472 Mayor Pas Verial Tunruribela mengatakan pihaknya juga memiliki beberapa alutsista penunjang, seperti dua meriam otomatis, pos komando, truk pengangkut, serta sejumlah rudal Chiron buatan Korea Selatan dan rudal QW3 yang dikirim dari Tiongkok.
“Untuk menunjang operasional, kita berharap bisa terintegritas dengan Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional). Saat ini kita masih di bawah (Korps) Paskhas.”