Kabinet Israel bidang keamanan menyetujui pembangunan permukiman baru di Tepi Barat. Persetujuan yang dikeluarkan Kamis 30 Maret 2017 ini menjadi yang pertama kalinya dalam dua dekade di wilayah yang didudukinya.
Lampu hijau bagi pemnbangunan permukiman itu diberikan kendati Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bernegosiasi dengan Washington soal kemungkinan memangkas kegiatan permukiman.
Persetujuan dikeluarkan setelah pemungutan suara menghasilkan dukungan secara bulat terhadap pembangunan permukiman baru di suatu daerah bernama Emek Shilo.
Hasil pemungutan suara itu, yang diumumkan dalam pernyataan pemerintah, muncul setelah Netanyahu mengatakan kepada para wartawan, “Saya telah berjanji bahwa kami akan membuat permukiman baru. Kami akan memenuhi janji itu hari ini.”
Para pejabat Palestina langsung mengecam langkah tersebut. “Pengumuman hari ini sekali lagi menunjukkan bahwa Israel lebih mendukung penduduknya yang tinggal secara ilegal daripada mematuhi ketentuan bagi terciptanya stabilitas dan perdamaian yang adil,” kata Hanan Ashrawi, anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina.
Belum ada reaksi dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyangkut keputusan kabinet Israel itu.
Pemerintahan Trump sedang menjalankan diskusi dengan Israel soal pembatasan pembangunan permukiman di wilayah-wilayah yang diniatkan Palestina menjadi tempat membangun negara.
Permukiman seperti itu, di wilayah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967, dianggap sebagian besar dunia sebagai tindakan ilegal. Israel sendiri mengaitkan langkahnya soal wilayah itu pada kitab suci, sejarah, politik dan kepentingan keamanan dalam membela dirinya.
Netanyahu pertama kalinya menjanjikan pembangunan permukiman baru di Emek Shilo pada Februari, tak lama setelah puluhan keluarga Israel digusur dari permukiman lainnya di Tepi Barat, Amona. Pengadilan Tinggi Israel memerintahkan rumah-rumah mereka dihancurkan karena dinyatakan dibangun secara ilegal di tanah pribadi Palestina.
Trump, yang dianggap banyak kalangan di Israel mendukung kegiatan permukiman, tampaknya mengejutkan Netanyahu saat perdana menteri Israel itu mengunjungi Gedung Putih bulan lalu. Saat itu, Trump mendesak Netanyahu untuk “sedikit menahan kegiatan pembangunan permukiman”.
Kedua pemimpin kemudian sepakat bahwa para pembantu mereka akan mengupayakan suatu kompromi soal seberapa banyak dan di mana saja Israel bisa membangun permukiman.
Permukiman baru itu akan menjadi pembangunan yang pertama dilakukan di Tepi Barat sejak 1999. Sekitar 400.000 penduduk Israel bermukim di Tepi Barat, yang juga menjadi wilayah tempat tinggal 2,8 juta warga Palestina.
Sekitar 200.000 warga Israel lainnya tinggal di Jerusalem Timur. Palestina telah berencana untuk menjadikan Tepi Barat, Jerusalem Timur dan Jalur Gaza sebagai wilayah negaranya nanti.