Turki telah mengakhiri operasi militer di Suriah yang dikenal sebagai “Efrat Shield” atau Perisai Efrat yang diluncurkan Agustus lalu. Perdana Menteri Binali Yildirim mengumumkan hal itu pada Rabu 29 Maret 2017. Namun dia mengatakan tidak menutup kemungkinan di masa depan operasi lintas perbatasan ini akan kembali digelar.
Turki mengirim pasukan, tank dan pesawat tempur untuk mendukung Tentara Pembebasan Suriah (FSA) guna mendorong mundur kekuatan ISIS menjauh dari perbatasan serta menghenetikan pergerakan maju milisi Kurdi.
“Operasi Efrat Shield telah berhasil dan selesai. Setiap operasi lain nanti akan datang akan memiliki nama yang berbeda,” kata Yildirim dalam sebuah wawancara dengan penyiar NTV.
Di bawah Efrat Shield, Turki menguasai kota perbatasan Jarablus di sungai Efrat dan menekan ISIS pada jarak sekitar 100 km dari perbatasan. Setelah itu merek pindah ke selatan ke al-Bab, kubu Negara ISIS di mana Yildirim mengatakan “semuanya di bawah kontrol”.
Tentara Turki masih ditempatkan di daerah aman dan di sepanjang perbatasan. Jumlah pasukan Turki yang terlibat dalam Perisai Efrat belum diungkapkan.
Tujuan lain dari operasi ini adalah menghentikan milisi YPG Kurdi dari persimpangan sungai Efrat ke arah barat dan menghubungkan tiga kanton terutama Kurdi memegang di Suriah utara.
Kelompok ini dipandang sebagai perpanjangan kelompok militan PKK Kurdi, yang telah melakukan pemberontakan di tenggara Turki sejak tahun 1984 dan dianggap sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Tetapi dalam perang melawan ISIS, Amerika berbalik dukungan dengan mendukung YPG yang membuat Turki marah dan akhirnya mengarah memilih bekerjasama dengan Rusia.