Typhoon Jerman akan Uji Sistem Pertahanan Rusia

Typhoon Jerman akan Uji Sistem Pertahanan Rusia

Mulai Senin 29 Maret 2018, NATO akan meluncurkan latihan angkatan udara skala besar di Estonia. Jet-jet tempur Eurofighter Typhoon yang dikerahkan di pangkalan udara Amari akan terbang di dekat perbatasan Rusia.

Pesawat-pesawat tempur ini dikerahkan  ke Estonia pada tanggal 31 Agustus 2016, sebagai bagian dari program rotasi NATO di sisi timurnya. Selama latihan, pilot Jerman akan berlatih terbang berpasangan dengan ketinggian sangat rendah yakni antara 100-150 meter.

Menurut para ahli militer jelas   pelatihan tersebut akan memungkinkan untuk menyelidiki kemampuan sistem pertahanan udara Rusia.

Menurut mantan pilot militer Rusia, Mayjen. Vladimir Popov, penerbangan rendah digunakan dalam perang modern untuk melawan pertahanan udara musuh.

“Kecepatan tinggi dan ketinggian rendah akan menylitkan  sistem pertahanan udara karena radar  memiliki sedikit waktu untuk mengejar pesawat. Hal ini karena pesawat terlindungi  oleh bukit-bukit dan hutan. Akibatnya, pilot memiliki kesempatan lebih tinggi untuk bertahan hidup dan mencapai misi,” kata Popov kepada Sputnik Minggu 28 Maret 2017.

Dia mencatat bahwa penerbangan tersebut merupakan bagian dari program pelatihan untuk pilot jet di sebagian besar negara.

Menurut Popov latihan  saat ini tidak dapat dianggap sebagai sebuah langkah agresif. Namun, NATO bisa mendapatkan informasi tentang pertahanan udara Rusia dan menguji pesawat mereka di kondisi yang tidak biasa.

“Eurofighter Typhoon adalah pesawat kelas atas. Tapi itu baru mulai terbang dan kemampuan yang masih harus diuji. Pilot NATO tidak akrab dengan wilayah Baltik. Tentu saja, mereka ingin terbiasa  dengan daerah. Selain itu , mereka bisa memeriksa pertahanan udara Rusia yang diaktifikan  setiap kali sebuah ada pesawat asing terbang dekat perbatasan. Mereka bisa menerima beberapa informasi,” katanya.

Pada saat yang sama, Popov mencatat bahwa Rusia juga menerima banyak informasi yang berguna, termasuk tentang intensitas terbang, penggunaan sistem peperangan elektronik dan frekuensi komunikasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 130 rudal sistem pertahanan udara canggih telah memasuki layanan dengan militer Rusia, mulai dari sistem jarak pendek Pantsir-S1 hingga sistem jarak jauh S-400. Banyak dari mereka dikerahkan ke Distrik Militer Barat Rusia hingga  tidak mengherankan bahwa NATO fokus untuk mengeksplorasi kemampuan mereka.

NATO telah meningkatkan kegiatan udara di Baltik sejak awal tahun ini. Pada akhir Maret ini, ada peningkatan jumlah penerbangan pengintaian di daerah.

Jumat lalu, sebuah pesawat AWACS E-3F Prancis melakukan penerbangan pengintaian di sepanjang perbatasan Kaliningrad. Pada  23 Maret, RC-135W  Royal Air Force mengambil rute yang sama. Baru-baru ini, pesawat peringatan dini dan kontrol  Angkatan Udara Amerika Serikat juga terbang di atas Estonia.

Lonjakan kegiatan NATO ini karena  fakta bahwa pada awal Oktober Departemen Pertahanan Rusia mengkonfirmasi penyebaran sistem rudal Iskander ke  Kaliningrad.  Penyebaran ini menjadi berita utama di media Barat dan dianggap sebagai hal yang menjadi perhatian serius  pejabat dan politisi Barat. Pekan lalu, majalah Jerman Spiegel melaporkan bahwa pada pertemuan dewan Rusia-NATO yang akan berlangsung di  Brussels mereka akan menuntut dari penjelasan Moskow tentang masalah tersebut.

Tetapi Rusia menegaskan tidak aka nada penjelasan dari mereka.”Tidak aka nada  laporan, tidak ada pembicaraan tentang ini,” kata Andrei Kelin, kepala Departemen Kerjasama Eropa Kementerian Luar Negeri Rusia.