Hadapi Korea Utara, Amerika Tak Punya Pilihan Militer Terbaik
Korea Utara mampu melakukan serangan rudal besar-besaran

Hadapi Korea Utara, Amerika Tak Punya Pilihan Militer Terbaik

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson memperingatkan “kesabaran strategis” Washington terhadap Korea Utara telah berakhir dan “semua opsi di atas meja” untuk memperlambat ambisi nuklirnya. Amerika  dan Korea Selatan juga sedang mempersiapkan berbagai skenario militer.

Personel Korea Selatan dan Amerika terlibat dalam latihan militer yang akan berjalan sampai akhir April. Latihan-latihan ini telah menjadi fitur dari kehidupan di semenanjung sejak Perang Korea berakhir pada 1953. Dalam beberapa tahun terakhir latihan ini semakin besar dengan skenario makin realistis.

Peter Apps seorang kolumnis masalah global dalam opininya di Reuters Minggu 26 Maret 2017 menyebutkan semua presiden AS setidaknya sejak Bill Clinton telah dihadapkan pada program senjata Korea Utara dan telah menawarkan aksi militer  untuk mengatasi mereka. Sejauh ini, tidak ada presiden AS yang bersedia untuk menyerang .

Alasannya jelas, menyerang Korea adalah pilihan buruk karena memiliki risiko pembalasan Korea Utara dan mengubah  semenanjung kora dan mungkin wilayah yang lebih luas menjadi arena  pertumpahan darah. Paling buruk, kekerasan di semenanjung  bisa menyeret Amerika Serikat ke dalam perang dengan China.

Ketika  Pyongyang bergerak maju dengan uji nuklir dan rudal, banyak ahli kemudian percaya kemungkinan Washington akhirnya mengambil langkah-langkah militer secara bertahap. Presiden Donald Trump mengatakan ia tidak akan membiarkan Pyongyang untuk mengembangkan kemampuan untuk menyerang AS dengan kekuatan nuklir.

Jika ia memerintahkan serangan terbatas pada fasilitas,  kemajuan nuklir Korea Utara mungkin hanya melambat sementara  dan operasi semacam bisa memicu pembalasan brutal. Sebuah upaya yang lebih luas untuk meruntuhkan seluruh rezim akan menjadi usaha besar.

Tak heran, kemudian, bahwa Amerika selama ini  memilih untuk tetap dengan teknik lain seperti sanksi ekonomi dan serangan cyber untuk mengganggu tes rudal. Penyebaran terbaru dari sistem pertahanan rudal THAAD  ke Korea Selatan  menawarkan beberapa perlindungan, meskipun tidak ada yang tahu seberapa efektif mereka akan melawan rudal Korea Utara.

Peter menambahkan jika Washington telah memilih melangkah  lebih jauh, tindakan kemungkinan besar akan dilakukan secara tiba-tiba, dan serangan besar-besaran dengan  bom pada fasilitas  militer Korea Utara.

Sementara tindakan tersebut akan tidak mungkin untuk menghancurkan program, itu akan memperlambat pembangunan. Paling-paling, itu akan mencegah Utara dari menyempurnakan beberapa program senjata yang lebih ambisius, seperti pemasangan rudal balistik di kapal selam.

Alasan serangan tersebut belum diluncurkan adalah bahwa para ahli percaya  Amerika tidak akan mampu menghancurkan secara total fasilitas militer tersebut. Banyak dari kekuatan militer Pyongyang yang masih utuh dan berpotensi untuk melancarkan  serangan rudal terhadap Jepang dan pangkalan Amerika di wilayah tersebut  seperti Guam. Korea Utara juga diyakini akan membanjiri Korea Utara dengan artileri yang menghancurkan.

Beberapa pendapat bahkan memperkirakan Utara bisa menembakkan 500.000 artileri ke  Seoul pada satu jam pertama meski sejumlah pihak lain skeptis tentang kemampuan tersebut. Ada juga ketakutan bahwa jika Korea Utara memiliki roket yang mampu mentargetkan Jepang.

Entah tindakan mungkin akan berarti akhir bagi rezim Korea Utara, mendorong Washington dan Seoul untuk memasukkannya ke dalam rencana aksi yang sudah ada untuk menyerbu Utara. Selama beberapa tahun terakhir, pasukan Amerika dan Korea Selatan telah mengalihkan fokus mereka dari pelatihan untuk menghentikan serangan Korea Utara menjadi  rencana  invasi komprehensif di Zona Demiliterisasi.

Hal ini  akan menjadi langkah besar tetapi sangat berat bagi Amerika. Mereka harus menghadapi medan perang  pegunungan dengan kekuatan senjata kimia, nuklir dan ancaman radiologi.

Ada beberapa tanda Amerika  mungkin mencoba untuk menghentikan eskalasi hanya dengan memenggal kepala rezim.  Sebagaimana dilaporkan  latihan bulan ini akan melibatkan SEAL Team Six US Navy yang dikenal sebagai pasukan elite untuk melakukan penyerangan cepat ke wilayah lawan. Hal ini dibuktikan dengan serangan ke Pakistan pada 2011 yang mengakibatkan tewasnya Osama bin laden.

Pasukan elit ini bekerja dengan rekan-rekan Korea Selatan untuk mensimulasikan serangan pada kepemimpinan Korea Utara.

Tetapi ini juga pilihan sulit dan praktiknya tidak semudah yang direncanakan. Mereka akan menghadapi  pertahanan udara Korea Utara yang akan membuat pengiriman pasukan dengan helikopter menjadi sulit, sementara Kim diyakini juga dijaga ketat.

Untuk saat ini, Kim tampaknya berpikir dia bisa tetap membangun program nuklir menjadi  tak tertandingi. Washington,  mungkin tidak bersedia untuk menonton dari pinggir lapangan. Trump adalah salah satu presiden Amerika yang paling tak terduga. Jika setiap pemimpin AS akan mengambil risiko dengan opsi militer di Korea Utara, dia menjadi yang paling mungkin untuk merealisasikannya.

Tidak ada pilihan enak. Aksi akan memunculkan provokasi yang berujung bencana. Tetapi  kegagalan untuk melakukan apa pun juga akan semakin memperburuk potensi konflik di masa depan.