Awalnya JejakTapak memperkirakan pesawat militer Amerika yang mendarat darurat di Aceh sebagai pesawat mata-mata RC-135. Sementara sejumlah media nasional menyebutnya sebagai pesawat kargo.
Keduanya ternyata salah. Kini hampir bisa dipastikan pesawat itu adalah WC-135C Constant Phoenix. Ini adalah pesawat misi khusus yang bertugas untuk mendeteksi radiasi nuklir di sebuah wilayah.
Pesawat ini memiliki peralatan khusus di samping pesawat yang digunakan untuk menangkap debu udara untuk diperiksa di pesawat tersebut tentang adanya kemungkinan bahan radioaktif. Di foto terlihat alat itu ada di atas sayap sedikit di belakang.
WC-135 adalah turunan dari pesawat transportasi dan dukungan Boeing C-135. Dua pesawat jenis ini masih digunakan Angkatan Udara Amerika dari 10 pesawat yang dibangun dan beroperasi sejak 1963.
Pesawat diterbangkan oleh awak penerbangan dari 45th Reconnaissance Squadron from Offutt Air Force Base sementara kru misi dari Detachment 1 dari Air Force Technical Applications Center.
WC-135, yang dikenal sebagai “sniffer” atau “burung cuaca” oleh kru-nya. Pesawat dapat membawa sampai 33 personel. Namun, jumlah personel biasanya akan ditetapkan pada angka minimum untuk mengurangi risiko jika terjadi paparan radioaktif.
Gas dikumpulkan oleh dua sendok di sisi pesawat, yang kemudian ditangkap melalui sebuah filter. Para kru misi memiliki kemampuan untuk menganalisis residu secara real-time guna membantu mengkonfirmasi apakah ada unsure nuklir dan mungkin menentukan karakteristik dari hulu ledak yang digunkana. Itu sebabnya pesawat ini penting untuk mengkonfirmasi jenis uji ledakan nuklir sebuah negara.

Selain untuk pemantauan uji-coba nuklir, WC-135 digunakan untuk melacak aktivitas radioaktif seperti yang terjadi setelah bencana Chernobyl di Uni Soviet pada tahun 1986 dan insiden Fukushima pada tahun 2011.
Salah satu pesawat tersebut saat ini ditempatkan di dekat Korea Utara dalam mengantisipasi peluncuran roket Kim Jong Un kemudian terlihat transit di wilayah udara Inggris pada Agustus 2013 ketika ada spekulasi peningkatan penggunaan senjata kimia oleh Suriah.
Angkatan Udara Amerika Serikat pada 17 Februari 2017 lalu juga mengirimkan pesawat jenis ini ke Inggris. Sebuah langkah langka setelah Perang Dingin berakhir. Pesawat yang dikirim saat itu dengan nomor 62-3582 yang kemungkinan sama dengan pesawat yang mendarat di Aceh.
Pesawat Amerika ini mendarat darurat di Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blangbintang, Aceh Besar, Jumat 24 Maret 2017 karena mengalami masalah mesin. Pesawat tersebut terbang dari pangkalan di Diego Garcia, Pulau di Samudera Hindia. Tujuan pesawat tersebut ke pangkalan di Jepang.
Tidak diketahui misi apa yang diemban pesawat itu terbang ke Jepang. Apakah untuk melakukan pengecekan udara terkait fasilitas pembangkit nuklir Fukusima atau terkait kabar rencana Korea Utara yang disebut Amerika sedang bersiap melakukan uji nuklir.