Iran menjadi salah satu negara yang dipandang sebagai musuh oleh Israel dan tentu saja Amerika bersama sekutu-sekutunya. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah sering mengancam untuk pergi sendiri melawan Iran , namun para ahli pertahanan mengatakan ini tidak mungkin.
Israel tidak bisa melakukan serangan bom yang cukup untuk menghancurkan semua situs nuklir Iran, dan Teheran bisa menyerang balik dengan hujan rudal di Tel Aviv, melepaskan Hizbullah di Lebanon dan pengiriman pelaku bom bunuh diri untuk mencapai target Yahudi di dalam dan luar negeri. Harga untuk Israel akan sangat tinggi.
Anggapan luas menyebut Amerika Serikat akan datang untuk membantu Israel dalam konflik tersebut, tetapi Laksamana Patrick Walsh, seorang mantan komandan Angkatan Laut AS Armada ke-5 di Teluk Persia pernah mengatakan dukungan akan tergantung pada bagaimana pertarungan dimulai.
Jika Iran menjadi agresor, Israel bisa mengandalkan bantuan Amerika. Tetapi jika Netanyahu memobilisasi untuk serangan preemptive, Washington mungkin juga akan berpikir keras untuk ada di belakang Israel .
Tetapi bagaimana jika memang harus perang? Sementara rencana tersebut tetap sangat rahasia, cetak biru untuk perang AS terhadap Iran mungkin terlihat saat diterbitkan pada 2012 oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional, Washington, DC.
Anthony Cordesman, seorang analis pertahanan berpengaruh yang turut menulis laporan, mengatakan jika perang melawan Iran akan memerlukan kampanye udara besar, dipimpin oleh pasukan tempur dengan 10 pembom berkemampuan nuklir B-2, serta 90 pesawat tempur canggih untuk bomber, menekan pertahanan udara musuh dan radar dan komunikasi Iran.
Amerika juga akan mengerahkan pesawat tanker untuk pengisian bahan bakar udara, katanya. Lalu ada kelompok tempur kapal induk, pasukan operasi khusus, drone, sistem rudal pertahanan dan pesawat pengintai dan satelit militer semua akan dikerahkan. Dengan kata lain, itu akan menjadi perang besar jauh lebih besar dari pemboman di Irak tahun 2003.
Terbang dari pulau Diego Garcia Samudra Hindia, setiap bomber AS akan membawa dua GBU-57 busters bunker seberat 30.000-pon, yang dapat menembus beton bertulang setebal 200 kaki untuk menghancurkan target terkubur.
Untuk mencegah penembakan atau balasan Iran terhadap sekutu Amerika di Teluk seperti Arab Israel pesawat-pesawat tempur AS harus menghancurkan delapan basis rudal balistik Iran, 15 pabrik produksi rudal dan 22 situs peluncuran, menurut Cordesman.
Dan militer harus mengerahkan pasukan operasi khusus ke belakang garis musuh untuk misi sabotase, pengintaian dan bimbingan serangan bom terhadap sasaran seperti kilang minyak, pangkalan militer, jalan dan jembatan.
Semua ini tidak akan mudah, terutama karena Iran sudah menerima sistem rudal pertahanan udara S-300 yang sangat mampu. Pengawal Revolusi Iran mungkin melaksanakan ancaman yang berulang-ulang untuk menutup Selat Hormuz, saluran strategis selebar 21 mil di mulut Teluk Persia yang mengontrol 20 persen pasokan minyak dan gas dunia.
Plus, Iran “dapat menyerang secara sporadis dan tak terduga kapal dari AS dengan perahu kecil. Akibatnya, Timur Tengah bisa sangat kacau dan membahayakan aliran minyak dari wilayah tersebut.
Pada akhirnya, kata Cordesman, upaya perang AS memang akan mengambat program bom nuklir Iran tetapi hanya lima sampai 10 tahun. Setelah itu Iran akan rally kembali membangun pertahanan negara mereka dan yang pasti kebencian generasi baru terhadap Amerika Serikat terus muncul.
“Kami lebih baik berpikir panjang dan keras sebelum pergi perang dengan Iran,” kata Bolger.
“Kita bisa mengalahkan dengan menjadikan neraka dari dalam air, di laut dan di darat, dan upaya perang kita akan menjadi luar biasa dan brutal. Tapi kami akan membunuh banyak orang, dan Iran akan melawan mati-matian. “
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2016/07/26/siapa-sebenarnya-garda-revolusi-iran/