Kapal mata-mata Rusia, Viktor Leonov, kembali di pesisir timur Amerika dan berlayar hanya 20 mil di selatan pangkalan kapal selam AS Navy di King Bay, Georgia. Kapal kemudian terus bergerak menuju utara.
Koresponden CBS News David Martin melaporkan kapal Viktor Leonov, yang dikenal sebagai AGI (Auxiliary, General Intelligence) memiliki jadwal untuk berlabuuh di Jamaika pada pertengahan April, dan asumsi di kalangan pejabat Amerika kapal itu menyusuri pantai timur Amerika sebelum menuju Jamaika.
Leonov membuat perjalanan yang sama di sepanjang Pantai Timur pada bulan Februari lalu dan berlayar di dekat dengan pangkalan angkatan laut Amerika di Virginia dan Pangkalan Kapal Selam New London di Connecticut, yang digambarkan sebagai rumah armada kapal selam Angkatan Laut Amerika.
Selama patroli bulan Februari dari Pantai Timur, kapal berlayar paling dekat dengan pantai pada jarak 17 mil, yang masih di perairan internasional.
Pergerakan kapal mata-mata Rusia ini menjadi penambah ketegangan hubungan militer kedua negara. Pada bulan Februari, sekelompok jet Rusia terbang rendah di atas destroyer Amerika di Laut Hitam. Amerika juga tengah menuduh Rusia menggelar rudal berkemampuan nuklir yang dilarang oleh perjanjian pembatasan senjata kedua negara.
Dengan panjang sekitar 300 kaki, Viktor Leonov dibangun khusus untuk misi mata-mata. Kapal ini dilengkapi dengan peralatan intelijen canggih kapal dan dapat mencegat radar, radio dan sinyal elektronik lainnya.
Namun Michael Petersen, Direktur Russian Maritime Studies Institute, meragukan kapal dapat mengambil banyak informasi sensitif.
“Ketika kita tahu bahwa kapal ada di kisaran, sangat tidak mungkin bahwa kita menggunakan radio atau gelombang radar atau jenis lain dari emisi elektronik yang mampu diambil oleh kapal ,” kata Petersen kepada CBS Rabu 15 Maret 2017.
Kapal ini secara rutin memang melakukan misi mata-mata ke berbagai penjuru dunia. Viktor Leonov terdeteksi melancong ke Pantai Atlantik pada 2014 dan 2015. Viktor Leonov juga sempat berlabuh di Havana pada tahun 2015 ketika delegasi tingkat tinggi Amerika untuk pertama kalinya melakukan kunjungan besejarah ke Kuba.
“Kami tahu mereka melakukannya,” kata Petersen. “Mereka tahu bahwa kita tahu bahwa mereka melakukannya.”