Turki secara resmi telah menyampaikan keinginannya kepada Rusia untuk bisa membeli sistem pertahanan udara S-400 atau yang oleh NATO dikenal sebagai SA-21 Growler. Tetapi sistem pembelian dengan menggunakan dana yang dipinjam dari Rusia.
“Mereka telah menyuarakan keinginan mereka untuk mendapatkan pinjaman, tetapi sekarang masalah tersebut belum terpecahkan. Kementerian Keuangan akan mengadakan pembicaraan, segera setelah mereka menandatangani ini dan mengambil keputusan tentang pengalokasian pinjaman, kita akan menandatangani kontrak pasokan termasuk S-400, “kata CEO Rostec Sergey Chemezov kepada saluran Rossiya-24 TV Selasa 14 Maret 2017.
CEO Rostec tidak memberikan rincian tentang kapan keputusan ini bisa diambil.
Pada bulan Februari, Chemezov mengatakan bahwa Turki telah menunjukkan minat untuk bisa mengakuisi S-400 Rusia dan sedang melakukan pembicaraan dengan Moskow. Pada bulan November 2016, Menteri Pertahanan Nasional Turki Fikri Isik melaporkan tentang pembicaraan ini.
China adalah negara pertama untuk membeli sistem rudal permukaan ke udara S-400. Kontrak dengan China diumumkan pada musim semi 2015 dengan nilai diperkirakan sekitar US$ 3 miliar.
Pada bulan Oktober 2016, Rusia dan India juga menandatangani perjanjian antar pemerintah untuk pengiriman S-400 sistem.
S-400 adalah sistem pertahanan udara yang membawa tiga jenis rudal untuk menghancurkan target udara pada jarak pendek hingga sangat panjang. Senjata ini mampu melacak dan menghancurkan semua target udara, termasuk rudal balistik dan rudal jelajah.
Turki sendiri memang sedang mencari sistem rudal pertahanan udara setelah pada November 2016 lalu mereka membatalkan program pengadaan komponen untuk sistem pertahanan udara senilai US$ 4 miliar yang diumumkan pada tahun 2009.
Baca juga