Pada tahun 2005, kapal induk USS Ronald Reagan, yang baru dibangun dengan menghabiskan uang US$6,2 miliar dibuat malu ketika sebuah serangan simulasi sukses dilakukan oleh kapal selam diesel listrik milik Swedia HSMS Gotland.
Sangat membingungkan bagaimana kapal selam diesel listrik kecil yang jauh lebih tua dibandingkan Reagan ini mampu menembus sistem pertahanan yang dijaga oleh sejumlah kapal canggih yang tergabung dalam kelompok tempur kapal induk tersebut.
Kapal dengan bobot 1.600 ton mampu mencapai jarak serang tanpa pernah terdeteksi dan siap untuk melancarkan torpedo yang bisa menjadi masalah serius bagi kapal super mahal tersebut.
Bukan hanya sekali, dalam latihan dua tahun berturut-turut kapal selam Swedia tetap saja mampu menerobos sistem pertahanan kapal induk Amerika. Analis angkatan laut AS Norman Polmar mengatakan Gotland kemungkinan bergerak berputar di di sekitar gugus tugas kapal induk Amerika. Sumber lain menyatakan spesialis kapal selam AS memang mengalami kemerosotan pengalaman dalam peperangan anti-kapal selam.
Lalu bagaimana Gotland mampu menghindari pertahanan kapal selam Reagan yang rumit dan melibatkan beberapa kapal dan pesawat menggunakan banyak sensor?
Dan yang lebih penting, bagaimana sebuah kapal selam yang relatif murah dengan harga sekitar US$ 100 juta atau kira-kira setara dengan satu pesawat tempur siluman F-35 bisa melakukan hal itu? Sementara US Navy telah menonaktifkan semua kapal selam diesel mereka terakhir pada tahun 1990.
Kapal selam diesel di masa lalu dibatasi masalah kebisingan, dan ketidakmampuan bertahan di dalam air dalam waktu lama. Kapal selam ini harus secara rutin muncul di permukaan untuk menyalakan diesel guna mengisi baterai kapal sebagai sumber daya.
Hal ini menjadikan mereka sangat rentan untuk dilacak
Kapal selam yang didukung reaktor nuklir, di sisi lain, bisa berada di dalam air selama dia mau dan bisa bergerak lebih cepat.
Namun untuk diketahui, kapal selam kelas Gotland Swedia dengan panjang 200 kaki dan diperkenalkan pada tahun 1996, adalah kapal selam pertama yang menggunakan sistem Air Independent Propulsion (AIP) dalam hal ini, mesin Stirling yang menjadikan kapal selam bisa bertahan di dalam air lebih lama.
Dengan Stirling, kapal selam Gotland kelas dapat tetap bawah sampai dua minggu mempertahankan kecepatan rata-rata enam mil per jam-atau bisa melonjak hingga 23 mil per jam tetapi dengan meningkatkan penggunaan daya listrik.
Sebuah mesin diesel konvensional digunakan untuk operasi di permukaan atau saat menggunakan snorkel. Gotland bertenaga Stirling berjalan lebih tenang daripada kapal selam nuklir, yang harus menggunakan pompa pendingin untuk reaktor mereka yang menimbulkan suara.
Kelas Gotland memiliki banyak fitur lain yang membuatnya mahir menghindari deteksi. Kapal selam memasang 27 elektromagnet yang dirancang untuk melawan akustik magnetik untuk Detektor Anomali Magnetic.
Ini memanfaatkan lambung dari pelapis tahan sonar, sementara menara terbuat dari bahan penyerap radar.
Interior mesin dilapisi dengan karet untuk menahan akustik hingga meminimalkan pendeteksian oleh sonar. Gotland juga sangat bermanuver dan mampu beroperasi di dekat dasar lautan
Kapal dengan kemampuan bersembunyi tinggi seperti Gotland telah membuktikan menjadi ancaman serius bagi kapal kapal selam AS dalam latihan internasional. Bahkan US Navy harus menyewa Gotland dan seluruh krunya untuk secara rutin melakukan pelatihan anti-kapal selam. Sampai akhirnya US Navy merasa yakin bisa mendapatkan sensor untuk melawan kapal diesel listrik yang dilengkapi AIP.
Namun, Gotland adalah kapal selam pertama dengan teknologi AIP, dan Swedia bukan satu-satunya negara yang memiliki dan menggunakan teknologi ini.
China memiliki dua jenis kapal selam dengan teknologi AIP. Sebanyak 15 dari kelas Yuan telah Type 039A dibangun dalam empat varian yang berbeda, dengan lebih dari 20 lebih terencana atau sedang dalam pembangunan.
Beijing juga memiliki sebuah kapal selam Type 032 kelas Qing yang dapat bertahan dalam air selama 30 hari. Kapal ini diyakini sebagai kapal selam diesel terbesar di dunia yang ada dalam layanan, dan menawarkan tujuh shell Vertical Launch System yang mampu menembakkan rudal jelajah dan rudal balistik.
Rusia memulai debutnya dengan eksperimen Kelas Lada , yang menggunakan bahan bakar hidrogen untuk daya mereka. Ini merupakan evolusi dari kapal selam kelas Kilo yang yang diproduksi secara luas.
Namun, uji coba laut menemukan bahwa sel-sel yang tersedia hanya menghasilkan setengah dari output yang diharapkan, dan jenis itu tidak disetujui untuk produksi. Namun, pada tahun 2013 Angkatan Laut Rusia mengumumkan akan menghasilkan dua Lada yang didesain ulang. Dua kapal selam yang diberi nama Kronstadt dan Velikiye Luki ini diharapkan akan selesai pada akhir dekade ini.
produsen lain dari kapal selam diesel AIP termasuk Spanyol, Prancis, Jepang dan Jerman pada gilirannya juga akan menjual kapal selam mereka ke suruh dunia termasuk ke India, Israel, Pakistan dan Korea Selatan.
Kapal selam menggunakan sistem AIP telah berevolusi menjadi jenis yang lebih besar, bersenjata lebih berat dan lebih mahal, termasuk Kelas Dolphin Jerman dan kapal selam kelas Scorpene Prancis.