Lebih dari 40.000 orang mengungsi sepanjang pekan lalu dari kota Mosul, Irak, tempat pasukan pemerintah melancarkan serangan terhadap IS pada Ahad.
Jumlah pengungsi membesar dalam beberapa hari belakangan menjelang pertempuran di wilayah paling padat di kota Mosul bagian barat.
Data Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menunjukkan bahwa jumlah orang lari dari rumah sejak gerakan pembebasan Mosul dimulai pada Oktober melampaui angka 206.000 jiwa pada Minggu 5 Maret 2017, meningkat tajam dari 164.000 pada 26 Februari.
Jumlah itu diperkirakan naik kembali. PBB pada bulan lalu memperingatkan bahwa lebih dari 400.000 orang, yang menunjukkan setengah dari penduduk tersisa di Mosul barat, akan mengungsi.
Pasukan pemerintah Irak telah membebaskan wilayah timur Mosul pada Januari lalu setelah menggelar pertempuran selama 100 hari. Mereka mulai melancarkan serangan ke bagian barat sungai Tigris di Mosul pada 19 Februari. Mosul adalah wilayah besar terakhir yang dikuasai ISIS di Irak.
Pemimpin IS, Abu Bakr al-Baghdadi, memproklamasikan kekhalifahan IS di masjid agung Nuri di Mosul pada 2014 dengan wilayah yang membentang dari Suriah hingga ke Irak.
Satuan anti-terorisme Irak kini terus maju mendekati kompleks gedung pemerintahan Mosul dekat dengan kota tua, kata seorang pejabat senior media Kementerian Dalam Negeri negara tersebut.
Laju mereka kemudian disambut oleh hujan tembakan dan mortar, demikian laporan fotografer Reuters dari Mosul.
Letnan Kolonel Abdel Amir al-Mohammadawi mengatakan bahwa pihaknya menargetkan akan merebut komplesk gedung pemerintahan tersebut pada minggu ini.
Pembebasan gugus gedung pemerintahan akan membantu pasukan Irak dalam melancarkan serangan di wilayah kota tua di dekatnya. Pembebasan itu juga menandai kembalinya otoritas pemerintah di Mosul, meski gedung-gedung sudah rusak dan tidak digunakan oleh ISIS.
Militer Irak meduga masih ada beberapa ribu anggota ISIS, termasuk mereka yang berasal dari negara-negara Barat, bersembunyi di antara pemukiman penduduk sipil–yang kini diperkirakan berjumlah 750.000 orang di area barat Mosul.
ISIS menggunakan siasat bom bunuh diri, penembak jarak jauh, dan berbagai jebakan untuk melawan serangan pasukan gabungan berkekuatan 100.000 orang itu, yang terdiri atas tentara pemerintah, gerilyawan Kurdi, dan paramiliter Syiah.