Pada tanggal 22 Juni 1941, Nazi Jerman melancarkan Operasi Barbarossa, serangan besar-besaran Uni Soviet yang menjadi invasi terbesar dalam sejarah.
Lebih dari tiga juta tentara Jerman, 150 divisi dan 3.000 tank yang terdiri tiga kelompok tentara raksasa yang menciptakan garis depan sepanjang lebih dari 1.800 mil.
Jerman diperkirakan akan menghadapi musuh-inferior yang Adolph Hitler sebut ebagai untermenschen. Setelah mencapai kemenangan di Polandia dan Prancis petinggi militer Jerman percaya bahwa sudah takdir jerman harus menyerang Rusia. “Akhir dari dominasi Yahudi di Rusia juga akan menjadi akhir dari Rusia sebagai sebuah negara,” kata Hitler dalam manifesto Mein Kampf.
Selama berbulan-bulan Jerman meraih kemenangan demi kemenangan gemilang. Tapi kemudian serangan itu terhenti setelah muncul sebuah tank baru Soviet yang membuat Wehrmacht tertegun.
Tank itu adalah T-34. Kendaraan lapis baja baru dengan senapan 76-milimeter yang sangat baik dan baju besi miring tebal serta mampu melaju lebih dari 35 mil per jam. Tank ini memiliki banyak fitur desain canggih untuk ukuran wktu itu dan yang jelas bisa meledakkan tank Jerman.
Tetapi T-34 tetap memiliki masalah, yakni dalam hal visibilias buruk dan pengerjaan Soviet yang dikenal buruk.
“Mereka baik, tapi mereka bukan senjata mukjizat dan mereka memiliki sejumlah kesalahan,” tulis Philip Kaplan di Rolling Thunder: A Century of Tank Warfare.
“Tapi T-34, dengan segala kekurangannya, kini sering disebut oleh para ahli tank dan sejarawan sebagai salah satu tank terbaik.”
Asal-usul T-34 cukup sederhana. Tentara Merah mencari pengganti untuk tank kavaleri BT-7 yang mampu bergerak cepaat dan lapis baja ringan untuk digunakan maneuver dalam perang. Tank ini juga memiliki suspens Chrstie yang menjadi salah satu alasan meningkatkan kecepatan tank.
Tetapi selama perang perbatasan melawan Jepang tahun 1938 -1939 BT-7 bernasib buruk. Bahkan dengan meriam bertenaga rendah, tank Jepang Type 95 dapat dengan mudah menghancurkan BT-7.
T-34 adalah solusinya. Tank ini meneruskan suspensi Christie, menggantikan mesin bensin dengan 2 mesin diesel pembangkit listrik V-34 V12 dan menawarkan kecepatan 10 mil per jam lebih cepat dari Panzer III atau Panzer IV Jerman. Selanjutnya, meriam kecepatan tinggi T-34 mampu membunuh tank manapun di dunia pada saat itu.
“Pada tahun 1941 ketika Hitler meluncurkan Barbarossa, tank tidak bisa disangkal menjadi yang terbaik di dunia,” kata Jason Belcourt, seorang veteran Angkatan Darat AS yang bertugas di cabang armor, sebagaimana ditulis War is Boring. “Kombinasi armor miring, meriam besar, kecepatan yang baik dan kemampuan manuver yang baik jauh lebih baik dari apa pun yang dimiliki Jerman.”