MUNCULNYA KAPAL INDUK NUKLIR

Seiring berjalannya waktu, kesempatan untuk membangun kapal induk nuklir datang juga. Jumlah jet tempur semakin banyak dan mereka akhirnya membutuhkan kapal induk yang lebih besar untuk bisa menampungnya. Ketika harus membangun kapal besar maka kebutuhan bahan bakar juga pasti lebih besar. Propulsi nuklir juga akan memberi ruangan lebih banyak di kapal karena tempat yang biasanya digunakan untuk tangki bahan bakar bisa digunakan untuk kebutuhan lain.
Penghapusan intake asap pembuangan juga bisa menjadikan tambahan ruangan serta mengurangi turbulensi udara di belakang kapal yang bisa mengganggu pendaratan pesawat.
Pada tahun 1950, kemudian Admiral Forrest Sherman dari USN memerintahkan studi kelayakan kapal induk bertenaga nuklir. Sebagian besar dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan reaktor prototipe darat untuk menguji kinerjanya sebelum varian operasional dikembangkan. Reaktor ini ditetapkan sebagai A1W. Kode A adalah untuk menunjukkan reaktor ini dibangun untuk kapal induk, 1 menunjukkan tipe yang pertama, dan W menunjuk dikembangkan oleh Westinghouse.
Setelah itu kemudian ini diikuti dengan pengembangan A2W untuk digunakan operasional kapal induk. A2W mampu memproduksi 35,000SHP dengan 8 reaktor, 2 per baris diperlukan untuk menyalakan kapal induk nuklir pertama. Enterprise dapat menghasilkan 280,000SHP pada kekuatan penuh mendorong berat 100.000 ton dengan kecepatan lebih dari 35KN.