Hadapi Perang Elektronik, Australia Tempuh 3 Langkah

Hadapi Perang Elektronik, Australia Tempuh 3 Langkah

Beam Battle atau perang gelombang elektronik muncul pertama selama Perang Dunia II yang diawali dengan upaya Jerman memanfaatkan navigasi radio dalam pemboman malam di Inggris.

Inggris akhirnya berhasil melawan atau mendistorsi sinyal radio Jerman, sehingga lebih sulit untuk pembom untuk mencapai target mereka.  Episode secara dramatis yang menggambarkan keuntungan dalam peperangan elektronik, terutama ketika operasi melawan musuh yang kuat dan canggih.

Sejak akhir Perang Dingin dan awal perang yang oleh Amerika disebut sebagai perang melawan teror, target utama kekuatan militer Barat adalah kelompok yang memiliki teknologi rendah di Timur Tengah. Platform peperangan elektronik seperti EA-6B Prowler Angkatan Laut AS digunakan untuk mencegat dan menindas komunikasi musuh selama operasi. Dengan teknologi yang relatif rendah,  musuh tak memiliki kemampuan untuk melawan.

Ancaman konstan untuk pasukan darat dari perangkat peledak improvisasi menyebabkan perkembangan teknologi kontrak jamming atau counter-IED systems baru nyaris tak terlihat.

Hal ini terlihat jamming pod ALQ-99 yang digunakan pada Prowler, dan pada yang lebih baru yakni EA-18G Growler saat ini pertama kali digunakan pada Perang Vietnam dan penggantinya masih belum kelihatan.

Kurangnya perkembangan baru dalam peperangan elektronik sejak akhir Perang Dingin telah menyebabkan penutupan kesenjangan teknologi antara Amerika Serikat (dan sekutunya seperti Australia), dengan musuh potensial seperti Rusia atau China.

Tren ini telah jelas terlihat dari kemampuan EW Rusia yang digunakan di Timur Ukraina. Sistem jamming darat Rusia Krasukha-4 terbukti terlalu canggih untuk bisa diatasi oleh Ukraina, dan digambarkan oleh Letnan Jenderal Ben Hodges, komandan unit US Army di Eropa, sebagai ” mata air” kecanggihan.

Tahun lalu, Rusia mengerahkan Krasukha-4 ke Suriah dalam mendukung operasi di negara tersebut, bersama dengan sistem rudal S-400. S-400 menggunakan radar AESA untuk melacak beberapa target udara pada jarak hingga 600km, dan dapat menembakkan rudal supersonik hingga 400 km.

Rusia mengekspor S-400 ke China dan India dalam rencana, dan platform pendahulunya, S-300, dioperasikan oleh beberapa negara termasuk China dan Iran. Karena proliferasi ini, konflik dengan Rusia, China atau bahkan Iran kemungkinan akan melibatkan komponen peperangan elektronik yang cukup tinggi.

Next: Tiga Langkah Australia

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.