Malam 7 Oktober 2001, kurang dari sebulan setelah serangan terror 9/11, Combined Air Operations Center (CAOC) di Arab Saudi, Letnan Jenderal Chuck Wald dan wakilnya Dave Deptula mengkoordinasikan setiap aspek dari perang udara Afghanistan. Operasi Enduring Freedom untuk menyingkirkan al-Qaeda dan Taliban Afghanistan yang akhirnya akan mengkonsumsi puluhan ribu jiwa dan triliunan dolar, dan lebih dari 2,5 juta personel AS dikirim ke medan perang.
Pada musim gugur 2001, Amerika Serikat belum mau memulai invasi tanah skala penuh di wilayah yang berjarak 7.000 mil dari rumah. Sebaliknya, rencana berkembang untuk mengirim ke Afghanistan sejumlah kecil agen CIA dan pasukan khusus dalam mendukung milisi anti-Taliban, dengan bantuan Angkatan UdaraAS.
Malam pertama Oktober dengan kuat koordinasi yang melibatkan amunisi dipandu laser dijatuhkan dari udara dan cruise rudal Tomahawk diluncurkan dari laut. Jenderal Tommy Franks, yang kemudian memimpin Komando Sentral AS (CENTCOM), komando militer yang mengawasi operasi di Afghanistan, menulis dalam memoarnya American Soldier, menyebut serangan melibatkan sekitar 40.000 personel, 393 pesawat, dan 32 kapal.
Tapi satu pesawat sama sekali tidak dalam perencanaan Angkatan Udara yakni sebuah pesawat tanpa awak yang dikendalikan CIA, pesawat mata-mata kecil yang telah merayap ke Afghanistan beberapa jam sebelumnya. Predator dengan nomor ekor 3034 yang sekarang disimpan di Smithsonian Air and Space Museum di Washington, DC. Tindakan pertama pesawat itu hingga saat ini masih menuai kontroversi.