Angkatan Udara Amerika Serikat secara resmi telah memulai proses upgrade untuk pesawat tempur F-15 mereka. Upgrade ini dilakukan untuk menjaga F-15 tetap lebih unggul dibandingkan J-10 China.
Boeing telah mendapatkan kontrak seniali US$478 juta atau sekitar Rp6,3 triliun untuk bekerja pada teknologi baru yang disebut dengan sistem yang disebut Eagle Passive Active Warning Survivability System atau EPAWSS.
Teknologi ini memungkinkan pesawat untuk mengidentifikasi ancaman dan secara aktif melawan ancaman melalui penghindaran, penipuan atau teknik jamming.
Teknologi ini akan menggantikan Tactical Electronic Warfare Suite yang telah digunakan Eagle sejak tahun 1980-an, tidak lama setelah F-15 pertama kali digunakan. Layanan ini berencana mengoperasikan armada sampai pertengahan 2040, sehingga perombakan sistem elektronik membantu menjaga Eagle tetap menjadi tulang punggung supremasi udara.
Angkatan Udara Amerika saat ini mengoperasikan sekitar 400 F-15C, D dan E. Upgrade dilakukan salah satunya karena peningkatan kemampuan China yang diungkap dalam laporan ke Kongrespada 2014. Laporan itu mengutip kemajuan teknologi China yang cepat dan mempersempit margin superioritas udara Amerika secara besar-besaran sejak 1980an.
Sebagai contoh, laporan itu mengatakan bahwa pada F-15 pada 1980-an jauh lebih unggul dibandingkan Namun, kemajuan teknis China dalam beberapa tahun terakhir telah jauh mempersempit kesenjangan yang menjadikan J-10 sekarang bisa dikatakan sebanding dengan F-15 AS.
Angkatan Udara dan Boeing meyakini upgrade F-15 akan memastikan bahwa kesetaraan ini tidak terjadi dan akan memastikan F-15 tetap unggul.
Di antara upgrade adalah upaya berkelanjutan untuk melengkapi F-15 dengan komputer tercepat di dunia, yang disebut Advanced Display Core Processor, atau ADCPII. Komputer ini mampu memproses 87 miliar instruksi per detik, menerjemahkan ke dalam kemampuan pemrosesan misi lebih cepat dan lebih dapat diandalkan untuk aircrew.
Tekonologi penargetan dan pelacakan juga sedang diintegrasikan ke F-15 termask penambahan sensor pasif jarak jauh disebut Infrared Search and Track , atau IRST. Teknologi ini juga sedang direkayasa dari F/A-18 Super Hornet Angkatan Laut. Teknologi ini dapat mendeteksi panas, sering disebut emisi inframerah, pesawat musuh.
IRST juga menyediakan sistem penargetan alternatif udara-ke-udara di lingkungan serangan elektronik ancaman tinggi.
F-15 juga sedang direkayasa untuk memiliki kecepatan dan jangkauan tambahan, bersama dengan kemampuan senjata. Kemampuan senjata akan ditingkatakn dua kali lipat dari 8 hingga 16 senjata. Pesawat juga akan mampu menembakkan rudal AIM-9x atau AIM-120.
Selain itu, upgrade termasuk menambahkan peningkatan kemampuan untuk mengintegrasikan atau mengakomodasi sistem senjata baru yang muncul di masa depan.
Pesawat ini juga mendapatkan sistem kontrol penerbangan otomatis fly-by-wire yang berarti pilot memberikan masukan ke komputer dan tidak mengendalikan pesawat secara langsung yang akan lebih cepat dan lebih aman dibanding menggunakan tongkat kontrol.
Seiring dengan upgrade senjata dan modifikasi lainnya, F-15 juga mendapatkan upgrade helm pilot digital dan beberapa kemampuan mengurangi deteksi radar.
Baca juga: