China, disebut telah hampir menyelesaikan pembangunan hampir dua lusin struktur di pulau-pulau buatan di Laut Cina Selatan yang dirancang untuk menjadi rumah sistem rudal permukaan ke-udara.
Dua pejabat Amerika Serikat yang berbicara dengan syarat anonym kepadada Reuters mengatakan struktur beton dengan atap digeser yang dibangun di Subi, Mischief dan Fiery Cross yang menjadi bagian dari rantai Kepulauan Spratly bisa dianggap sebagai eskalasi militer. Di tempat ini China juga telah membangun landasan pesawat yang cukup panjang.
“Dan struktur yang dibangun menyerupai rumah baterai SAM, sehingga kesimpulan logis adalah bahwa mereka akan melakukan hal itu [menempatkan sistem rudal],” kata seorang pejabat intelijen AS Selasa 21 Februari 2017. Pejabat lain mengatakan struktur tampaknya berukuran panjang 20 meter dan tinggi 10 meter.
Seorang juru bicara Pentagon mengatakan Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk tidak ada militerisasi di Laut China Selatan dan mendesak semua pihak yang berkonflik di wilayah tersebut mengambil tindakan sesuai dengan hukum internasional. Sementara Kedutaan Besar China di Washington tidak segera menanggapi permintaan Reuters untuk komentar.
Dalam konfirmasi sidang Senat bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menimbulkan kemarahan China dengan mengatakan Beijing harus ditolak untuk bisa mengakses pulau-pulau di Laut Cina Selatan.
Tillerson kemudian melunakan bahasanya dan Trump berjanji akan mengurangi ketegangan untuk tetap menghormati kebijakan “Satu China” ketika melakukan pembicaraan telepon 10 Februari dengan Presiden China Xi Jinping.
Greg Poling, seorang ahli Laut Cina Selatan di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington, mengatakan dalam sebuah laporan bulan Desember bahwa China tampaknya memiliki senjata yang diinstal di wilayah terseut, termasuk sistem anti-pesawat dan anti-rudal. Senjata ini ditempatkan di tujuh pulau yang telah dibangun di Laut China Selatan.
Para pejabat mengatakan struktur baru kemungkinan besar untuk rumah rudal permukaan ke udara yang akan memperluas payung pertahanan udara China di atas pulau-pulau tersebut. “Ini tentu menimbulkan ketegangan,” kata Poling. “China terus meningkatkan kemampuan mereka.”