Pertarungan jet-jet tempur untuk mendapatkan kontrak dari India dalam pengadaan pesawat senilai hingga US$ 25 miliar dipastikan akan berlangsung sengit.
Produsen Amerika, Swedia, Prancis dan Rusia yang membangun mitra dengan India akan terkunci dalam pertarungan sulit untuk merebut sekitar 250 jet tempur yang dicari India.
Persyaratan awal India sebenarnya menyebut hanya mencari jet tempur mesin tunggal yang artinya hanya Saab Swedia dan Lockheed Martin yang berpeluang untuk head to head. Saab akan menawarkan Gripen E untuk melawan F-16 Block 70 yang diandalkan Lockheed.
Tetapi situasi menjadi rumit karena Rafale Prancis dan MiG 35 Rusia, yang keduanya memiliki mesin kembar, mencoba untuk membuat dirinya bisa masuk persaingan. Produsen Rafale dan MiG memunculkan perdebatan bahwa jet tempur dua mesin akan lebih aman dibandingkan pesawat mesin tunggal.
India juga harus membuat kontrak terpisah untuk pengadaan 53 jet angkatan laut jika memaksa memilih pesawat mesin tunggal.
Lockheed memiliki usaha patungan dengan Tata Advanced Systems Ltd untuk membuat suku cadang pesawat transportnya. Sumber mengatakan usaha itu bisa ditingkatkan untuk kontrak jet tempur jika India memilih F-16.
Saab Swedia juga telah memiliki kesepakatan dengan Mahindras untuk membuat desain yang sumber mengatakan bisa diperpanjang jika jet Gripen dipilih. MiG dan Sukhoi juga telah bekerja dengan HAL untuk membuat seri tempur mereka di India.
Baru-baru ini, produsen Dassault Prancis menandatangani kesepakatan dengan Anil Ambani Reliance Aerostructure untuk membuat bagian-bagian dari jet tempur Rafale di negara ini.
Selain lobi dan negosiasi diskon, faktor penentu untuk kesepakatan besar akan menjadi agenda di tingkat negara, tidak hanya tingkat perusahaan.
Sumber mengatakan pemerintah India dan Amerika sudah dalam pembicaraan terkait tawaran Lockheed untuk menjual versi F16. Prancis dan Swedia juga sudah meningkatkan lobi mereka.
Rusia telah selama terusik oleh keputusan India untuk memilih perusahaan persenjataan Barat dibanding produk mereka. India dilaporkan kecewa dengan Rusia yang semakin dekat dengan Pakistan.
Tetapi Lockheed akan menghadapi masalah dengan sikap Presiden Amerika Donald Trump yang tidak ingin mendirikan pabrik di India. Ini akan menjadi peluang untuk Gripen karena India pasti akan ngotot dalam hal transfer teknologi dan produksi di dalam negeri. Jadi sebenarnya pertempuran telah dimulai ketika gendering perang belum ditabuh.