Melanggar Janji, Amerika Gunakan Senjata Berbahaya di Suriah

Melanggar Janji, Amerika Gunakan Senjata Berbahaya di Suriah

Amerika Serikat pernah berjanji untuk tidak menggunakan  amunisi depleted uranium setelah protes masyarakat saat amunisi berbahaya itu digunakan selama invasi Irak 2003. Pada  Selasa 14 Februari 2017, seorang pejabat AS menegaskan bahwa angkatan bersenjata telah menggunakan amunisi depleted uranium pada setidaknya dua kesempatan saat menyerang ISIS pada tahun 2015.

Foreign Policy melaporkan serangan udara dimaksudkan untuk menyerang truk  minyak di daerah yang dikuasai ISIS di Suriah.

Juru Bicara Komando Pusat AS Mayor. Josh Jacques mengatakan kepada Airwars dan Foreign Policy Angkatan Udara melepaskan lebih dari 5.200 ‘panah tembus baja’ kalbier 30 mm dari A-10 Thunderbolt pada misi yang berlangsung 16 November dan 22 November 2015. Dalam serangan tersebut sekitar 250 target kendaraan musuh dihancurkan.

Depleted uranium merupakan amunisi yang sangat berbahaya karena menyebarkan partikel radioaktif ke udara yang jika “terhirup atau tertelan,” akan menyebabkan kerusakan tubuh karena  keracunan logam berat atau paparan radiasi internal.

Menurut sebuah studi dari University of the Ryukyus di Jepang kontaminasi  dengan lingkungan yang diserang dengan depleted uranium  akan tetap buruk hampir tanpa batas waktu. “Citra memilukan dari anak-anak Irak yang menderita penyakit yang disebabkan oleh paparan depleted uranium  merupakan awal tragedi yang akan kita hadapi di hari-hari depan,” tulis para penulis dari Universitas Rykuyus Jepang.

Ratusan ribu amunisi depleted uranium  ditembakkan ke Irak memicu kemarahan di kalangan masyarakat setempat yang menyatakan bahwa taktik perang beracun menyebabkan cacat lahir dan kanker.

Lokasi  di mana senjata depleted uranium  digunakan belum ditentukan oleh sumber-sumber militer. Jacques hanya mengatakan  bahwa target terasing di padang pasir timur negara itu.

Pada 2015 juru bicara koalisi anti ISIS John Moore mengatakan, “pesawat Amerika dan  koalisi belum dan tidak akan menggunakan amunisi depleted uranium di Irak atau Suriah selama Operasi Resolve Inherent.” Tetapi janji itu dilanggar sendiri.

Baca juga:

5 Senjata Paling Berbahaya Era Perang Dingin