Pengiriman jet tempur generasi kelima T-50 (PAK FA) untuk Angkatan Bersenjata Rusia kemungkinan baru akan dimulai setelah 2018. Ini berarti kembali mundur dari jadwal semula yakni 2018.
“Kemungkinan besar, ini akan menjadi sudah program persenjataan negara berikutnya, yaitu tahun 2018-2025,” kata , Wakil Menteri Pertahanan Rusia Yuri Borisov dilansir Kantor Berita Tass, Kamis 2 Februari 2017.
Hal itu dikatakan menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan rentang waktu pengiriman jet tempur siluman tersebut. Pertama-tama yang harus dilakukan adalah menyelesaikan uji coba jet tempur tersebut. “Kami tidak terburu-buru,” kata Borisov.
Selama analog yang ada sekarang ini masih memenuhi persyaratan Angkatan Bersenjata, tidak perlu menghabiskan uang untuk pembelian perangkat keras militer baru yang mahal, katanya.
“Kami memiliki evaluasi operasional dan telah membeli batch terbatas. Kita akan melihat bagaimana mereka beroperasi dalam praktiknya. Kita sekarang mengungkapkan semua kelemahan dan membuat perubahan untuk memastikan bahwa kita membeli pesawat yang terbukti,” tambahnya.
Sebanyak lima prototype pesawat T-50 renananya akan diserahkan ke militer Rusia oleh Sukhoi pada Januari 2017 lalu untuk dilakukan pengujian negara sebelum kemudian dilakukan produksi terbatas jika lulus ujian. Tetapi sejauh ini belum ada konfirmasi apakah rencana pengiriman lima prototype itu sudah dilakukan atau belum.
Masalah yang masih mengganjal dan belum mendapat solusi cepat dari pesawat ini adalah pada sistem propulsi. Awalnya, T-50 akan masuk ke layanan terbatas dengan didukung oleh sepasang mesin Saturn Izdeliye 117 atau yang juga dikenal sebagai turbofan AL-41F1 afterburning yang mampu mengehentakkan daya dorong 31,967lb (142kN).
AL-41F1 adalah versi ekstensif dimodernisasi dari AL-31FP yang diinstal di Su-27 dan Su-30 Flanker yang kemudian dikembangkan menjadi generasai terbaru Flanker, Su-35S Flanker-E.
Meski AL-41F1 cocok untuk Flanker-E, tetapi telah terbukti kurang memuaskan untuk digunakan di pesawat tempur generasi kelima. Menurut sumber Rusia, meskipun AL-41F1 menyediakan daya dorong cukup untuk kemampuan jelajah supersonik berkelanjutan tetapi tidak memenuhi persyaratan Pasukan Aerospace Rusia untuk thrust-to-weight ratio atau efisiensi bahan bakar.
Rusia memang hanya akan menggunakan AL-41F1 sebagai mesin interim. Saturnus saat ini sedang mengembangkan mesin kelas 40,000lbs yang disebut Izdeliye 30, yang dimaksudkan untuk menjadi powerplant definitif pesawat tempur ini.
Namun, Rusia menghadapi jalan yang penuh tantangan dalam mengembangkan Izdeliye 30. Izvestia melaporkan bahwa T-50 hanya akan menerima mesin baru antara tahun 2025 dan 2027.
Sebagian besar masalah berasal dari malaise pasca-Soviet Rusia pada 1990-an ketika teknologi pembangunan secara efektif terhenti karena pendanaan menguap.
Namun, pengembangan mesin adalah aspek yang paling kompleks dan menantang secara teknis dalam mengembangkan pesawat tempur baru. Pelajaran yang juga bisa diambil dari pengalaman Amerika Serikat selama mengembangkan Grumman F-14 Tomcat dan McDonnell Douglas (sekarang Boeing) F-15 Eagle pada 1970-an. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pentagon memulai pekerjaan pembangunan pada F119 dan General Electric YF120 untuk bersaing sebelum memulai pengembangan Lockheed Martin F-22 Raptor.
Tapi pengalaman baru-baru ini telah menunjukkan, desain mesin yang bahkan relatif matang dapat menemukan masalah ketika sedang diadaptasi untuk aplikasi yang berbeda. Salah satu contoh saat Pratt & Whitney F135 yang berasal dari pengembangan F119 yang digunakan F-22 untuk digunakan pada Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighter. F135 memiliki masalah dengan afterburner dan turbin bilah yang mengakibatkan kebakaran mesin 2014 lalu.
Baca juga: