Pesawat-pesawat tempur Prancis telah menjatuhkan sekitar 2.300 bom untuk menggempur posisi ISIS di Irak dan Suriah. Jumlah ini dua kali lipat dibandingkan senjata yang digunakan untuk menggulingkan diktator Libya Moamer Kadhafi pada 2011.
Kepala Staf Angkatan Udara Prancis Andre Lanata dalam sebuah wawancara dengan AFP dan dilansir Yahoo News Selasa 31 Januari 2017 mengatakan jet tempur Mirage lepas landas dari pangkalan di Yordania dan Uni Emirat Arab telah menjatuhkan 1.800 bom sejak Prancis bergabung dalam koalisi anti-ISIS yang dipimpin Amerika pada 2014. Jika ditambah dengan senjata yang dijatuhkan jet tempur yang kepas dari Kapal Induk Charles de Gaulle, jumlahnya menjadi 2.300.
“Itu dua kali lebih banyak seperti di Libya pada 2011 dan empat kali lebih banyak dari pada operasi Serval dan Barkhane (di Sahel)”, kata Lanata dalam kunjungan ke basis yang digunakan oleh pasukan Prancis di Yordania.
Prancis meningkatkan gelombang serangan setelah terjadi serangan terror di Paris pada November 2015 yang diklaim oleh kelompok. Koalisi saat ini fokus untuk menggempur kota Mosul untuk merebut kota terbesar kedua di Irak itu dari tangan ISIS.
Lanata mengatakan kampanye udara sebagian besar dilakukan oleh AS, dengan Prancis dan Inggris memainkan peran pendukung utama dan menajamkan sumber.
“Saya mengalami waktu yang sulit [merekrut dan mempertahankan personil] di sejumlah posisi, dari mekanik pesawat hingga perwira intelijen, untuk analis gambar dan penjaga pangkalan.”
“Kami juga memiliki kekurangan kemampuan,” katanya, sambil menunjuk tanker pengisian bahan bakar udara yang rata-rata berusia 55 tahun serta kekurangan drone dan perangkat pengawasan lainnya.