Kekuatan nuklir Beijing dan Washington telah menjadi berita sangat besar akhir-akhir ini. Di China, rudal balistik antar-benua atau Intercontinental Balistik Missile (ICBM) DF-41 sudah menyusuri jalan-jalan di Manchuria. Sementara di Amerika Serikat, Presiden Trump baru saja menerima briefing di Pentagon terkait rencana nuklir Amerika.
Dalam waktu-waktu yang akan datang, dipastikan akan terjadi percepatan peningkatan kekuatan nuklir di kedua negara. Nuklir tidak saja menjadi persaingan milik Amerika dan Rusia, tetapi telah meluas dan bergeser ke Asia.
Bagaimana perbandingan kekuatan nuklir Amerika dan China serta apa yang akan dibangun dalam 25 tahun mendatang? Mari kita lihat
Next: Kekuatan Rudal Darat
Rudal Darat
Kedua negara memiliki rudal balistik antarbenua (ICBM) yang terkubur di silo rudal bawah tanah. ICBM China adlaah DF-5 seberat 183-ton yang memiliki jangkauan lebih dari 7.450 mil dan kemampuan untuk membawa 3,2 ton atau bom hydrogen 5 megaton. Baru-baru ini juga dikabarkan rudal bisa membawa 3 sampai 8 hulu ledak nuklir multiple independently targetable reentry vehicle (MIRV) yang setiap hulu ledak bisa menyerang target yang berbeda.
Namun DF-5 masih menggunakan berbahan bakar cair hingga membutuhkan proses pengisian bahan bakar yang lama sebelum peluncuran, sehingga rentan terhadap serangan pertama.
Sementara ICBM LGM-30G Minuteman III AS jauh lebih kecil dan hanya membawa tiga hulu ledak nuklir. Namun, mesin menggunakan bahan bakar padat yang membuatnya jauh lebih survivable, karena dapat diluncurkan dalam hitungan menit.
ICBM Mobile, yang dibawa kendaraan khusus dapat diluncurkan di mana saja. Karakter mobilitas menjadikan mereka lebih survivable dan sulit untuk ditemukan dibandingkan yang diluncurkan dengan silo. Namun ukuran rudal lebih kecil.
Amerika tidak memiliki ICBM mobile, sementara China memiliki dua rudal mobil berbahan bakar padat yakni DF-31A dan DF-41. Rudal tiga tahap DF-31A memiliki rentang perkiraan lebih dari 6.835 mil, dengan membawa muatan tiga sampai lima hulu ledak MIRV 150 kiloton, sehingga cukup kuat untuk menyerang sebagian besar benua Amerika dari wilayah China.
DF-41 ICBM dengan rentang 9320 mil adalah salah satu rudal paling mematikan di dunia. Beratnya sekitar 80 ton yang dibawa truk segala medan 12×12 dan juga dapat diluncurkan dari rel. DF-41 membawa muatan 12 hulu ledak nuklir MIRV dan dapat ditambah dengan umpan dan jammers untuk membingungkan sensor musuh, untuk meloloskan hulu ledak yang sebenarnya menyelinap melewati pertahanan rudal.
Saat ini, Brigade Angkatan Rocket China memiliki 10-12 peluncur yang ditempatkan di timur laut China, dekat perbatasan Rusia. Tetapi DF-41 menimbulkan sedikit ancaman ke Rusia karena rentang minimum yang besar membuat tidak mungkin untuk memukul wilayah Rusia dari posisi saat ini.
Di masa depan, Komando Strategis USAF berharap untuk membangun Ground Based Strategic Deterrent (GBSD) ICBM yang dapat menggantikan Minuteman III, tetapi hanya akan tetap berbasis silo. China kemungkinan akan membangun turunan lanjutan dari DF-31 dan DF-41 yang akan meningkatkan akurasi, umpan yang lebih canggih untuk menipu sistem pertahanan rudal, dan glider hipersonik.
Next: Kekuatan Rudal Peluncuran
Rudal Peluncuran Udara
Amerika saat ini jelas memimpin dalam kemamuan pembom nuklir dengan B-2 dan B-52. Meski kedua pembom dapat membawa bom gravitasi nuklir, Air Launched Cruise Missile (ALCM) AGM-86 Air adalah utama senjata serangan nuklir untuk B-52.
Rudal ini mampu menjangkau sasaran pada jarak 1.490 mil dengan membawa hulu ledak nuklir W80 150 kiloton dan memiliki beberapa karakteristik siluman.
Demikian pula, hanya bomber China, H-6K yang memiliki ukuran kurang dari setengah B-52 juga menggunakan serangan jarka jauh dengan rudal jelajah berkemampuan nuklir CJ-20. Namun, radius tempur gabungan dari H-6K (2.175 mil) dan CJ-20 (1.243 mil) terlalu pendek untuk mencapai daratan Amerika Serikat.
Kedua negara juga sama-sama sedang fokus pada program bomber siluman baru. USAF berencana untuk menerima bomber siluman B-21 Raider pada di 2020, sementara China berencana untuk menerbangkan bomber bomber H-20 dalam rentang waktu yang sama.
B-21 akan menggunakan mesin ganda dengan ukuran sekitar dua pertiga dari B-2 yang memiliki berat 200 ton. Sedangkan H-20 diperkirakan akan menggunakan empat mesin dengan berat 200 ton dan memiliki jangkauan global.
B-21 akan dipersenjatai dengan rudal Long Range Stand Off (LRSO) untuk serangan jarak jauh. Ini akan menjadi rudal jelajah siluman dengan kemampuan AI dan perang elektronik yang ditingkatkan untuk bertahan dari pertahanan udara musuh. Sementara itu, rudal siluman China GS-6A bisa menjadi dasar untuk versi berkemampuan nuklir.
Next: Kekuatan Kaki Laut
Rudal Laut
Kapal selam rudal balistik atau SSBN adalah yang terakhir, dan paling rahasia, kaki triad nuklir. Saat ini, Angkatan Laut AS memiliki kombinasi SSBN kelas Ohio dan rudal tiga tahap, berbahan bakar padat Trident II D5. SSBN Ohio dapat bersembunyi di mana saja sampai diarahkan untuk meluncurkan 24 rudal Trident II, D-5 mereka. Rudal ini dapat membawa sampai 12 hulu ledak W76 100 kiloton dengna kisaran lebih 12,000km.
Sementara SSBN terbaru China, Type 094A dan 12 rudal jarak jauh JL-2A dengan jangkauan 6213 mil, dapat menyerang bagian-bagian dari Amerika Serikat dari perairan sendiri. Angkatan Laut China masih harus berjuang keras untuk membangun penangkal nuklir laut yang kredibel karena kapal selam mereka belum terlalu siluman.
Amerika juga telah memutuskan untuk membangun pengganti SSBN Ohio dengan SSBN Columbia, yang pertama akan memasuki layanan pada 2031. Dibandingkan dengan Ohio, Columbia hanya akan membawa 16 rudal, tetapi memiliki propulsi listrik dan penggerak pompa bertenaga jet yang memastikan kapal selam akan semakin senyap.
Sedangkan China kemungkinan akan membawa Type 094A, calon Type 096 SSBN, yang diharapkan lebih siluman daripada Type 094A. Type 096 juga dapat membawa rudal baru untuk menggantikan JL-2.
Meski kekuatan nuklir dunia, melalui Perjanjian Nonproliferasi, telah berkomitmen untuk perlucutan senjata nuklir global, kenyataannya adalah bahwa mereka terus dan terus membangun persenjataan hulu ledak nuklir dan platform pengiriman di masa mendatang. Negara-negara besar seperti tidak sadar sedang menyiapkan kiamat untuk bumi ini.