Bulletin of the Atomic Scientists telah memajukan jam kiamat atau Doomsday Clock sebanyak 30 detik, menunjukkan manusia saat ini berada 2 menit dan 30 detik di ambang kiamat.
Ini mungkin terkesan dramatis, tapi gerakan tahunan jam ditentukan oleh dewan keamanan global yang terdiri dari para ahli terkemuka termasuk 15 pemenang Hadiah Nobel. Dan mereka sangat serius.
Setiap pergeseran jam memperhitungkan ancaman utama peradaban, termasuk perubahan iklim. Namun dasar yang digunakan paling utama dan pertama yang digunakan pertimbangan memajukan jam adalah ancaman perang nuklir.

Tahun ini Buletin mengakitkan majunya jam kiamat dengan munculnya rezim totaliter dan otoriter, dan tes senjata baru-baru ini Korea Utara. Namun dalam langkah yang tidak biasa, bultein ini membidik retorika agresif Presiden Donald Trump terkait perluasan program senjata AS, termasuk keinginannya untuk mengembangbiakkan senjata atom yang dapat menghapus jutaan orang dalam hitungan detik.
Jam ini sendiri dibuat sejak 1947, ketika Amerika Serikat dan Rusia saling berlomba mengembangkan senjata nuklir. Para ilmuwan tersebut beberapa kali memajukan hari kiamat beberapa detik lebih maju sejak 1953, ketika dua negara adidaya menguji coba bom hidrogen.
Kepala Buletin Ilmuwan Atom (BPA), Rachel Bronson memperingatkan dunia untuk tidak meningkatkan permusuhan yang bisa menyebabkan perang.
“Banyak komentar mengganggu tentang penggunaan dan proliferasi senjata nuklir yang dikatakan Donald Trump, sebagaimana dia menolak untuk percaya konsensus ilmiah atas perubahan iklim telah diubah oleh Trump dan kabinet yang ditunjuknya, mempengaruhi keputusan dewan, sebagaimana tumbuhnya lekikan nasionalisme di dunia,” tulis BPA dalam laporannya Jumat 27 Januari 2017. Jam ini sendiri sudah mengalami 22 kali perubahan sejak diluncurkan pertama kali oleh ilmuwan AS.